Samara

"Once he didn't choose you, he never will."
---
Sekali ia tidak memilihmu, ia tidak akan mungkin pernah memilihmu. Bagaimanapun kamu membangun imaji pada realita yang terlalu menggigit. Kenyataannya kamu hanya jatuh cinta pada konsep jatuh cinta...tidak lagi. Kamu jatuh cinta pada jatuhnya saja. Ada alur tertentu yang membuat kamu kehilangan satu tempat dalam hati. Perasaan tak terungkapkan yang sama ketika kamu melihatnya. Kebodohan berulang pada 2005, 2006, 2007, 2008, 2009, 2010, 2011, 2012, 2013, satu momen dalam satu tahun tidak memberi makna apapun. Kamu bukan sabar menunggu, bukan menunda makna, bukan berharap ada yang berubah. Kamu terlalu lama statis dan menangis.  Mungkin kamu jatuh pada imaji yang terdahulu. Imaji yang sekarang sudah hilang. Kamu jatuh untuk sesuatu yang fana. Gambaran nyatanya sungguh jauh berbeda. Pada akhirnya, kamu memutuskan untuk melemparnya pada semesta. Semesta sudah menunjukkan jalannya. Cerita ini anggaplah oleh-oleh darinya. Sisanya kamu harus berterima dengan dunia. Rela adalah bagian dari perpanjangan nyawa. Rela adalah berterima dengan sesuatu yang memang tidak akan pernah berada pada orbit kita. Dengan tembok yang dibangun terlalu lama, butuh waktu yang tidak sedikit untuk menyapa kata rela. Asupan jiwanya sebagian habis untuk meruntuhkan bata-bata. Semua butuh waktu termasuk rela pada yang satu itu. Semua akan baik-baik saja seiring satuan waktu. Karena hanya waktu yang mampu menyembuhkan kelunya badan yang biru. Masih ada keselamatan dalam hidup karena rasa saya untuk kamu itu nyata, entah apa rasa itu - dengan melepaskannya, maka keselamatan akan iman menghampiri...pada akhirnya.
---

...saya tidak mau. Saya bisa saja mengisi tempat itu dengan orang lain yang saya tahu mampu dalam kompetensinya mendekati kamu. Namun, saya tidak mau. Sekalipun saya mau, saya tidak mampu. Karena pada momen tertentu, kamu menggenggam kesadaran akan kebenaran saya seperti jarum kompas dan utaranya. Saya tidak pernah mau mengganti kamu dan saya tidak pernah ingin kamu tahu. Sederhana saja, saya percaya bahwa mimpi masih mungkin jadi realita. Pun tidak, kamu masih ada di bagian paling penting menurut Jung...alam bawah sadar yang menggerakkan mimpi menjadi pembunuh batasan kecemasan dan keinginan. Sekali tidak dipilih, pilihan tidak akan mengarahkanmu pada saya. Saya untukmu tabu, saya padamu bisu. Biarlah semesta tertawa sambil lalu dan orang  yang kita kenal tak peduli dan berlalu. Sama seperti Rendra dan puisi rindu, imbasmu menyela, kututup ini dengan titik.

Comments

Popular Posts