Bebas dalam Pikiran

Mr. Nobody (2009)


Ada seorang muda berjalan tanpa tujuan. Ia sudah menetapkan bahwa ketiadaan tujuan justru memberi nilai lebih pada perjalanannya. Ia berpikir bahwa spontanitas memberi kejutan yang dapat membuatnya dapat 'melihat' dan 'merasa' lebih dari setiap peristiwa. Namun ia lupa, absennya tujuan tidak sama dengan bagaimana ia mampu mengatasi polemik yang dihadirkan kehidupan dalam tapak dan jenjang perjalanannya.

Bahwasanya, perjalanan memang bukan soal tujuan. Perjalanan adalah soal ketahanan diri untuk percaya bahwa ketiadaan tujuan membuatnya menghargai proses. Kadang seorang muda itu berpikir bahwa hilangnya tujuan adalah 'jalan pintas' untuk menolak masuk dalam lika-liku tapak tadi.  Ia menolak jalan pintas. Namun ia tidak melihat jalan lain.  Akibatnya, ia selalu ragu ketika dihadapkan pada satu-dua belokan. Ia meragukan dirinya sendiri akan ketetapan hatinya untuk terus berjalan. Maka, ia berhenti.

Ada seorang muda yang sedang berhenti. Ia merasa dirinya tidak mampu untuk mencoba hal baru. ia terlalu takut akan titel dan agenda yang diberikan sekitar untuknya. Maka dari itu, ia berhenti. Argumennya adalah untuk menyelesaikan dulu yang kini, karena ia tak memiliki tujuan untuk yang nanti. Baiknya ia katakan: "Setidaknya saya berhenti untuk sementara, saya tahu nanti saya akan berjalan lagi...pada saatnya." Namun permasalahannya, kapan 'pada saatnya' datang? Seorang muda itu pun tak tahu. Yang ia tahu, ia habiskan waktu untuk berhenti dan menikmati proses yang sama...berulang kali, tanpa lagi memedulikan nilai yang akan dipetiknya dari proses yang sama itu. Ia masih seorang muda yang sama, yang berjalan tanpa tujuan.

Ada seorang muda yang mempertanyakan kembali tujuannya. Ia tersesat. Ia menyalahkan dirinya sendiri akan ketiadaan tujuan dan ambisi dalam kehidupannya. Kesadarannya mengetuk terus-menerus dan meyakinkan dirinya bahwa 'berjalan tanpa tujuan' adalah sesuatu yang keliru. Ia terus berhenti di lingkaran yang sama, seperti sebelumnya.

Waktu bergerak. Konstan. Detik demi detik. Lajunya sama pada setiap harinya. Rutinitas membuat ketahanannnya melemah. Pembenaran demi pembenaran terus dilakukan hingga ia sudah bukan lagi seorang muda.

Ada seorang muda yang sudah menyadari bahwa semuanya terlambat. Seorang muda yang menyadari bahwa waktu menggerogotinya. Ia menyalahkan waktu dan keadaan yang bergulir terlalu cepat tanpa sempat ia sampai pada keinginannya. Apa keinginannya? Menemukan kejutan dalam hidup.  Pada akhirnya, ia memang terkejut. Sungguhlah ia dibuai waktu yang menempatkan spontanitas bukan lagi menjadi sesuatu yang tiba-tiba saja ada. Rasa kaget justru timbul ketika ia menyadari bahwa begitu banyak pembenaran yang dilakukannnya demi alasan yang ia pikir dapat mengarahkannya pada sebuah oase menyegarkan.

Pada akhirnya, seorang muda itu terkejut. Hidupnya yang tanpa tujuan diwarnai alasan untuk terjebak di tempat yang sama tanpa kembali meredefinisi setiap lingkaran yang mengikatnya. Ia bebas, pada awalnya. Kesadarannya percaya bahwa ia bebas, sampai pada ujungnya ia terkejut bahwa kesadarannya akan kebebasan berjalan tanpa tujuan - ia salahartikan dengan kenyamanan.

Tapi, tak apa. Toh pada akhirnya hidup juga mengejutkannya, walaupun tidak sesuai dengan yang ia inginkan.

Ia menilik kembali...mundur...bermain dengan waktu. Ia tersenyum. Ia kemudian menyadari bahwa mungkin setelah keterkejutannya ini merupakan saat yang tepat untuk membayar setiap pembenaran yang dibuatnya.

Sekali lagi, ia menjadi muda. Setidaknya dalam pikirannya.

Ada seorang muda dalam pikirannya. Ia membebaskan dirinya sendiri...dari dirinya. Ia membebaskan dirinya dari kenyamanannya. Ia membebaskan diri dari ketetapan guna tujuan dalam kehidupannya. Ia membebaskan dirinya dengan 'spontanitas' sebagai tujuan. Ia membebaskan dirinya, sekali lagi, dengan cara berbeda untuk hidup.

Ada seorang muda, yang sesungguhnya tua. Ada seorang tua, yang sesungguhnya muda. Kesamaannya, mereka sadar bahwa kesadaran dan kebebasan bukan persoalan tujuan. Tapi, kemampuan diri untuk menyesal dan membangun kembali. Untuk berproses. Untuk jatuh sedalam-dalamnya dalam kekagetan akan keputusan diri sendiri, kemudian membaca kembali segala sesuatunya.

Ada seorang muda yang tersenyum karena ia sadar bahwa sungguhlah rentan manusia dengan ingatan dan pikirannya. Oleh karena itu, ia perlu berada dalam makna 'terus-menerus'.

Ada seorang muda yang menutup matanya dan menghela napas panjang karena ia sadar bahwa inilah titik balik dari pemberhentiannya selama ini.

Ia bangkit berdiri. Sekali lagi. Tanpa tujuan, tapi dengan janji untuk tidak berhenti...terlalu lama.

Comments

Popular Posts