Titik Mula dan Titik Temu




Ketika kita menanyakan semesta untuk memberikan yang paling mungkin terjadi, justru hal yang hadir adalah kemungkinan paling menarik dari harapan-harapan kita akan kehidupan. Terbaik dalam kemungkinan kita akan sebuah permintaan, sebuah doa, sebuah tanya pada semesta.

Tahun 2016, saya menuliskan tentang kehadiran makna 'tujuan' dalam 'perjalanan'; tahun ini, 2019, saya menghadirkan makna pada 'titik mula' dan 'titik temu'. Tulisan ini akan saya awali dari kutipan dalam Stranger Things 3: "Seperti orang bijak pernah bilang, kita sudah berbagi trauma, ada masalah lagi pun tak apa. Ada masalah lagi pun tak apa. Ada masalah lagi pun tak apa." Ternyata menyelesaikan trauma bersama-sama, justru mengikatkan kita pada sesuatu hal yang menyembuhkan. Sehingga, kita lebih mampu menerima 'yang segala' dari apa yang kita pikir, kita rasa, kita takutkan, kita cemaskan, kita inginkan...

Di antara segala, ada titik mula dari pertanyaan tentang gelombang feminisme ketiga, surat-surat yang terus datang lewat pos, buku puisi, hingga titik temu pada ruang kedatangan bandara maupun stasiun, kehangatan yang menjalar perlahan dari dalam pada setiap makna yang dibagi, tatap yang ditukar, pun rasa yang diusahakan tumbuh beriringan.

Pada setiap langkah dari satu titik temu ke titik temu lainnya,  ada rasa yang 'pas', tidak tumpah-tumpah, tapi menawarkan 'kepenuhan' yang membuat 'cukup' betul-betul 'telungkup'.

Diawali segelas es kopi dan sepotong bronis, ketika saya katakan 'percakapan' adalah titik mula dan titik temu, tahun ini, saya meyakini dan mengalami bahwa tidak ada yang lebih menyembuhkan dari  'kepenuhan' sebuah 'percakapan' yang terus diusahakan...dengan segala kebahagiaan dan kecemasannya.

Terima kasih, semesta. Hidup akan baik-baik saja, pun sepertinya kebahagiaan datang terus, tak perlu memikirkan apa yang mungkin salah, karena salahpun, hidup akan tetap baik-baik saja. Pun merasa bahagia, kita tak perlu merasa bersalah karena kebahagiaan-kebahagiaan kecil punya imajinya, punya perjuangannya, punya ketidakbahagiaannya sendiri yang menjadikannya sebuah kisah.

Selalu percaya, nikmati segala cemasnya, peluk hangat semua yang kamu sayangi. Hidup tak panjang, senyumi saja tiap incinya.

Ingatlah:

"Ke manapun kita pergi, kita akan kembali lagi pada titik mula, pada "Akan selalu ada..."
Sampai bertemu di sana."


Sampai jumpa di titik temu berikutnya. Sebelum sampai ke sana, mintalah pada semesta. Siapa tahu, kamu diberi hal yang tidak pernah kamu duga.

Dengan kepenuhan hati yang menenangkan,
Jessy Ismoyo

Comments

Popular Posts