Bebas Itu Nyata?

Sudah melihat iklan ini?
"Kebebasan itu palsu"
Think again!

"Kebebasan itu omong kosong. Katanya aku bebas berekspresi, tapi selama rok masih di bawah lutut. Hidup ini singkat. Mumpung masih muda nikmati sepuasnya, asal jangan lewat dari  jam 10 malam. Katanya urusan jodoh sepenuhnya ada di tanganku, asalkan sesuku, kalo bisa kaya, pendidikan tinggi, dari keluarga baik-baik. Katanya jaman sekarang pilihan itu gak ada batasnya asalkan ikutin pilihan yang ada."

Kali ini harus mengangkat topi untuk iklan Indonesia. Iklan ini cerdas. Cerdas banget. Kebebasan memang selalu menjadi hal menarik untuk dibahas, atas dasar alasan itu juga lah saya membahas kebebasan di skripsi saya. Bukan begitu?

Ceritanya adalah...begini, tiba-tiba seorang teman menyebutkan nama saya lewat twitter berkomentar tentang tagline iklan ini: "kebebasan itu omong kosong?" dia bertanya apa pendapat saya sebagai seorang pemula yang menghabiskan enam bulan meneliti tentang kebebasan dari sudut pandang eksistensialisme?

Dengan berpikir, saya mencoba memahami tagline iklan tersebut. Jujur saya, saat itu, saya belum melihat iklan itu. Mengapa? Karena saya tidak pernah menonton TV, entah mengapa menonton TV membuat saya percaya bahwa diri saya akan dicekoki informasi-informasi tidak berguna yang sebenarnya bisa saya dapatkan lewat koran, internet, atau media apapun, selain TV yang penuh rekayasa politik. Jadi, "Kebebasan adalah Omong Kosong?" Saya menanggapi pertanyaan itu dengan mencoba melihat kembali pemikiran absurditas Camus. Ya, kebebasan adalah omong kosong. Omong kosong yang diperjuangkan. Ya, kebebasan adalah sia-sia. Tapi, saya akan berkata IYA juga, bahwa kebebasan yang omong kosong dan sia-sia itu harus diperjuangkan. Because we are all like SISIFUS! We are condemned to be free...like Sartre said.

Kebebasan itu bukanlah hal yang diagung-agungkan, kebebasan itu penuh tanggung jawab yang tidak dapat dihindarkan. Ya, kebebasan adalah omong kosong. Omong kosong yang harus kita perjuangkan. Tanpa BISA menyerah. Dicatat, kita tidak boleh menyerah atas keomongkosongan ini.

Tapi,
apakah kebebasan itu palsu?
Mari kita lihat apa definisi palsu?

palsu /pal·su/ a 1 tidak tulen; tidak sah; lancung (tt ijazah, surat keterangan, uang, dsb); 2 tiruan (tt gigi, kunci, dsb); 3 gadungan (tt polisi, tentara, wartawan, dsb); 4 curang; tidak jujur (tt permainan dsb); 5 sumbang (tt suara dsb); 
(sumber: KBBI)


Berdasarkan KBBI, kebebasan adalah hal yang tidak sah, tiruan, bukan asli. Jika melihat definisi KBBI, saya harus tidak setuju. Kebebasan itu nyata adanya, bukan tiruan, bukan tidak sah, bukan juga gedungan. Hanya saja perspektif yang tertanam kebebasan membuat kita terlepas dari efek dari sikap kita. Tanggung jawab tadi, yang sudah saya sebutkan.
Saya ulang kembali, kebebasan itu nyata. Kebebasan itu nyata dan kebebasan itu penuh tanggung jawab. Jadi, bertindaklah, tentukan pilihan, dan bertanggung jawablah. Itulah kebebasan.
No compromise!

"Katanya jaman sekarang pilihan itu gak ada batasnya asalkan ikutin pilihan yang ada."
Ini adalah kalimat yang menarik untuk ditilik, apa iya pilihan itu tidak memiliki batas asalkan mengikuti pilihan yang ada?
Apa iya?
Tapi memilih untuk menjadi di luar batas pilihan itu sendiri juga merupakan pilihan bukan?
You could go beyond the line...
You could go everywhere...
It is your choice...
Jaman sekarang, jaman nanti, jaman kapanpun...


"Katanya aku bebas berekspresi, tapi selama rok masih di bawah lutut. Hidup ini singkat. Mumpung masih muda nikmati sepuasnya, asal jangan lewat dari  jam 10 malam. Katanya urusan jodoh sepenuhnya ada di tanganku, asalkan sesuku, kalo bisa kaya, pendidikan tinggi, dari keluarga baik-baik."
Iya memang betul jika dipikir-pikir lagi, objek pemilihan perempuan di iklan ini terasa pas melihat degradasi nilai perempuan yang nyata dari efek sosial masyarakat di Indonesia. Pakaian yang harus dijaga rapih dan jam malam yang berlaku, tidak lupa suami yang dinilai dari bibit, bebet, bobotnya. Saya harus diam sejenak memikirkan apakah memang tidak ada kebebasan? Tapi saya salah, masih ada kebebasan di sana, masih ada pilihan untuk nekad menggunakan rok pendek, masih ada kemungkinan memilih untuk pulang lebih dari jam 10, dan ada kebebasan untuk memilih calon suami yang seperti apa sesuka kita.

Kebebasan itu selalu ada dan akan selalu membuat hidup kita tidak berhenti pada satu titik stagnan, kebebasan akan membawa kita selangkah lebih maju, selangkah lagi lebih maju dari titik yang kita tempati selama ini.
Bukankan indah jika kebebasan itu tidak palsu dan menawarkan pilihan-pilihan luar biasa?
Kutukan yang harus kita jalani dengan tidak berhenti.

Pilihan itu selalu ada.
Kebebasan itu memang nyata.
Dan.
Saya akui,
iklan ini luar biasa.

Comments

  1. Nice article jes! :)
    So being real is also being free?
    Maybe we can analysis the signification on that advertise then hehe :p
    Keep working jes!

    ReplyDelete
  2. Mille mercis Ojan! :)
    Carement! Being free is absolute.
    You are free even if you choose not to being real.
    Haha analysing this advertising furthermore itu tugasmu nak, kan skripsimu nanti itu.
    Bonne chance Ojan! I know you can do it!

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts