Ada Sesuatu di antara Jogja dan Jakarta



Kemudian saya temukan catatan indah ini di selipan kursi kereta. Kadang kebetulan terasa mengejek jikalau menemukan rangkaian kata ini hanya diselipkan di sebuah kursi kereta...untuk sebuah makna:

Saya jatuh cinta pada pria yang tidak pernah saya temui. Mumpuni, itu kata yang orang bilang untuk mendeskripsikannya. Buat saya? Dia hanya sosok yang tidak pasti dalam sejarah kehidupan saya yang pasti. Saya jatuh cinta pada pria yang saya tidak sadari telah menjadi bagian dari hari-hari saya. Ia membuat sedikit jeda dalam hidup saya yang sudah benar-benar tak berjeda. Saya jatuh cinta pada pria yang rangkulannya pun tidak dapat saya rasa. Saya jatuh cinta pada pria yang mungkin saja tidak pernah memiliki intensi untuk membuat saya jatuh kepadanya. Saya jatuh cinta pada kesemuan belaka. Nampaknya, begitulah adanya.

Saya jatuh cinta pada pria yang hanya saja kenali sejauh suaranya, saya pahami sejauh setengah waktunya, saya rasa lewat kata-katanya. Saya jatuh entah pada pria yang benar atau salah. Saya jatuh cinta pada awal yang tidak terduga, maka dari itu saya percaya itu cinta. Karena apa? Katanya, cinta selalu datang di saat tak terencana. Bukan begitu?

Saya jatuh cinta pada laki-laki yang mampu membuat saya menginginkannya dengan jarak ribuan kilometer jauhnya. Saya jatuh cinta pada laki-laki yang melemahkan mekanisme pertahanan diri saya hanya dengan bualan bodoh dan kata bijak yang dapat saya temui di buku-buku yang telah saya baca. Saya jatuh cinta pada pria yang tidak sanggup saya rengkuh bahkan untuk setengah bagian dari hatinya.

Saya jatuh cinta hingga saya tidak dapat menghentikan diri saya untuk merindukannya. Saya jatuh cinta pada pria yang punya kemampuan biasa saja untuk menghaturkan gombalan. Saya jatuh. Saya cinta. Saya cinta kemudian saya jatuh pada seorang laki-laki yang seharusnya tidak saya cintai. Saya jatuh cinta pada laki-laki yang tidak pasti.

Sudah saya katakan sebelumnya, Ia punya daya magis luar biasa yang membuat saya serta-merta menunggunya. Perkataan yang keluar dari mulutnya mendadak menjadi kutipan yang saya patri dalam otak saya, mengalahkan Murakami yang punya daya pikat pada titik mati untuk saya. Laki-laki ini mengisi hari-hari saya dengan ketidakjelasan, ketidakinginan, ketidakpastian, dan penidakan-penidakan lainnya yang sungguh jauh dari cinta. Di antara semuanya, saya jatuh cinta pada pria yang tidak mencintai saya. Ini kutukan rupanya. Setelah sebelumnya, saya jatuh pada pria yang sama untuk empat tahun lamanya dan hanya dapat menikmatinya sebatas teman saja. Yang ini? Beda. Ia bukan teman. Ia hanya khayalan. Khayalan yang sama realisnya dengan kenyataan. Saya pun sama fananya.

2013/Jakarta/Jogjakarta/...

Comments

Popular Posts