What Bourdieu Says on Love?



Bukan hal mudah untuk mengetengahkan konsep Bourdieu tentang kapital sebagai modal dan hubungannya dengan praktik sosial yang berkaitan dengan arena dan habitus. Ketertarikan itu menjadi-jadi ketika saya mencoba menghubungkannya dengan konsep cinta. Bagaimana teori Bourdieu menelaah cinta sebagai hal yang dipandang sebagian dari struktur sosial? Tidak dapat dipungkiri hubungan dalam dua orang individu (ikatan komitmen) tidak lepas dari subjektivikasi maupun objektivikasi. Dalam pembentukkan cinta antara keduanya, tersebar pula serpihan-serpihan kekuasaan dan dominasi antara kedua individu tersebut. Hal ini yang menarik untuk ditilik lebih lanjut berkaitan dengan fenomena sosial yang dipaparkan Bourdieu dalam strukturnya.

Memulai dari definisi cinta berdasarkan KBBI, adalah suka benar, sayang sekali, risau, cemas, terpikat, ingin sekali, dan rindu. Sedikit banyak orang bicara soal cinta, memang tidaklah bijak mencoba melihat cinta dari sebuah teori sosial. Namun kembali lagi, bukankah suatu yang menarik dibicarakan artinya cukup menarik untuk juga ditulis? Struktur sosial Pierre Bourdieu menjelaskan bahwa kekuasaan dapat dimiliki, berbeda dengan teori Foucault yang menyebutkan bahwa kekuasaan bersifat tersebar dan tidak dapat dimiliki. Ia mengawali teorinya tentang kekuasaan dari konsep kapital sebagai modal setiap individu untuk memasuki arena yang merupakan anyaman tata kolektif dari habitus. Adapun peta kekuasaan ini dibuat sebagai analisis struktur sosial yang bertujuan untuk memaparkan struktur dominasi-dominasi. Bourdieu juga menjelaskan mengenai praktik sosial di mana terjadinya relasi antara habitus dan arena. Secara matematis, pemikiran Bourdieu dapat dirangkum seperti rumus berikut, (kapital x habitus) + arena = praktik sosial ketika praktik sosial adalah hasil dari kapital dengan habitus dan arena.

Setiap individu memiliki modal kapital yang berbeda dan berusaha untuk menaikkan kapitalnya untuk masuk pada posisi dengan praktik sosial yang lebih besar. Untuk meneliti arena dua individu dalam praktik sosialnya, maka patut diketahui  mengenai arena kekuasaan yang mana merupakan komitmen antar-keduanya dan meneliti modal yang dimiliki masing-masing individu. Empat modal yang dijelaskan Bourdieu mencakup modal ekonomi, modal simbolis, modal sosial dan modal budaya. Modal ekonomi terkait dengan kondisi ekonomi individu, modal budaya terkait latar belakang pendidikan, tingkat intelektual dan kepedulian terhadap budaya. Modal sosial terkait relasi sosial dalam lingkaran pertemanan seseorang dengan orang yang berkuasa. Sementara itu, modal simbolis adalah nilai yang terlihat signifikan seperti prestise, status dan otoritas.

Pertanyaan pun timbul. Cinta selalu melihat kesamaan di antara perbedaan. Oleh karena itu, ketertarikkan awal melibatkan shared interest, shared position, or something you can shared. Like anything. Ada yang berkata bahwa cinta bukan sesuatu yang diukur dari empat modal tersebut, ada pula yang bersetuju dengan kalimat yang saya paparkan sebelumnya. Apapun itu, datangnya anggapan lain untuk memasukkan modal cinta dapat dipertimbangkan. Namun pada saat ini baiknya tetap pada empat kapital itu sebagai pengukur komitmen yang dilakukan kebanyakan pasangan. Kesetaraan adalah posisi yang diperjuangkan. Banyak yang berpikir bahwa posisi adalah ihwalnya. Bermula dari satu atau lebih di antara empat kapital di atas, komitmen pun dapat dijalankan. 

Perlu atau tidaknya kapital cinta sebagai modal kembali lagi pada anggapan masing-masing. Saya pribadi percaya selera adalah buatan pasar. Selera adalah hal yang sangat subjektif. Hal ini sesuai dengan teori Bourdieu mengenai distanction di mana hasrat individu akan seseorang atau sesuatu merupakan konstruksi sosial. Secara langsung, hal yang menarik dari pasangan kita ditentukan dari habitus yang merupakan gaya hidup masing-masing individu. Namun di sisi lain, saya juga percaya bahwa konektivitas adalah hal mutlak yang bergerak dari dalam individu. Demikian adanya jika ditilik dari teori psikoanalisa. Cinta dengan jenis philia, eros atau agape memiliki prinsip sama untuk konteks dominasi yang dimaksudkan Bourdieu. Paradoks ini biarlah dijawab oleh pembaca yang memutuskan akan berada di sisi yang mana. Namun saya, kembali lagi, percaya bahwa kapital cinta tidak diperlukan karena menghilangkan faktor 'dominasi' dalam sebuah interaksi sosial adalah sulit. Pun hal itu mungkin terjadi, itu hanya sebagai sebuah momentum yang diusahakan terus-menerus dan akan mencapai kelelahan dan meledakkan ego. Hal itu akan menjadi dominasi simbolik yang nyata.

Kepemilikan modal individu akan membentuk sebuah arena. Arena, pada hakikatnya, akan membentuk pertarungan. Menurut Bourdieu, definisi pertarungan bukanlah untuk mencari pemenang. Pertarungan dalam arena adalah sebuah siklus yang tidak pernah berhenti. Hal itu yang menjelaskan bahwa kapital bersifat dinamis dan membutuhkan strategi untuk meningkatkan modal yang bertujuan untuk mendapatkan dominasi atas kekuasaan. Bergerak dari pengertian Bourdieu tentang kapital sebagai modal, Bourdieu juga menjelaskan mengenai arena dan strategi dalam sebuah pertarungan untuk mendapatkan kekuasaan. Arena kekuasaan dalam tulisan ini adalah komitmen kedua individu di mana tidak hanya melibatkan satu arena saja, tapi juga beririsan dengan arena keluarga, arena ekonomi, arena pendidikan yang membuat setiap individu diminta untuk memiliki habitus dan kapital yang tepat. Pada setiap arena terjadi pertempuran dominasi praktek sosial. Untuk itu, individu membutuhkan strategi yang tepat untuk bermain dalam arena kekuasaan tertentu.

Bourdieu menjelaskan empat strategi yaitu, strategi investasi biologis yang berhubungan dengan pembatasan jumlah keturunan agar mencapai kesejahteraan hidup, strategi suksesif menghubungkan kemampuan individu untuk mengorganisir harta maupun usaha yang diwariskan untuk setiap keturunan mereka, strategi edukatif dilaksanakan sebagai bentuk untuk meningkatkan tingkat intelektual agar setiap individu dapat dianggap layak untuk menerima warisan usaha maupun harta dari individu lainnya, strategi investasi ekonomi memfokuskan pada usaha peningkatan modal dalam ruang sosial, terakhir adalah strategi investasi simbolis yang merangkum semua tindakan individu untuk meningkatkan modal dalam pencapaian pengakuan publik, kehormatan dan nama baik.

Dalam hubungan kedua individu, banyak stratergi digunakan dalam ranah simbolik. Ini menjelaskan mengapa kekerasan simbolik tidak dapat diidentifikasi dengan mudah karena berbalur cinta dalam komitmennya. Adanya kesadaran akan dua pihak mampu memperlihatkan kekuatan modal yang digunakan dalam pertarungan dominasi ini. Strategi yang dijalankan kedua individu adalah pertempuran keduanya akan dominasi. Apabila sang pencinta merasa harus berkorban, ia mungkin saja melakukan strategi secara simbolis untuk mendapatkan pengakuan sebagai seseorang yang rela berkorban untuk cinta. Hal yang serupa dapat terjadi pada pencinta yang posesif atau obsesif. Ia akan menyatakan bahwa bentuk cintanya untuk menuntun kekasihnya pada jalan yang benar. Momen itu juga bermain di arena simbolik. Aksi posesif ini secara tidak langsung merupakan dominasi dalam praktik sosialnya. Apapun itu mengenai konsep kapital, habitus, arena dan praktik sosial yang dinyatakan Bourdieu, cinta hanya akan menjadi cinta yang dirasa - bukan ditelaah. Selamat bulan baru. Selamat mencinta sampai sehabis-habisnya. Selamat terdominasi dan mendominasi dengan sempurna.

Cibubur, 28 April 2014

(Ketika pagi masih malu-malu untuk membuka diri dan membiarkan matahari bersinar)

Comments

Popular Posts