Kritik terhadap dualisme, spesiesme, dan antroposentrisme dipandang dari konfusianisme dan taoisme
Dualisme adalah paham yang menganggap alam terdiri dari dua
hakikat yaitu hakikat materi dan hakikat rohani. Paham ini menjelaskan bahwa
hanya menusia yang memiliki jiwa sebagai satuan pikiran/jiwa/rohani, sedangkan
tumbuhan dan hewan hanya memiliki tubuh/materi tanpa memiliki jiwa. Hubungan antara materi dan jiwa hanyalah
sekedar gerak mekanik dan reduksi pikiran dan alam bekerja secara mekanistik,
alam memiliki mekanisme tertentu karena alam dianggap tidak memiliki jiwa.
Diawali dari Plato dan Aristoteles tentang dualisme, Aquinas
berpendapat bahwa hanya manusia yang memiliki jiwa. Descartes, seorang dualis, ia
adalah filsuf Prancis abad ke-16 menyatakan bahwa manusia memiliki tiga substansi yaitu rex cogitan atau realitas pikiran, rex extensa atau materi, dan Tuhan
sebagai wujud kesempurnaan. Pikiran adalah bagian yang tidak dapat dibagi-bagi
seperti
materi dan materi tidak memiliki kesadaran seperti pikiran. Ia menyatakan
perbedaan signifikan antara realitas pikiran dan realitas materi yang meluas.
Manusia memiliki kedua realitas itu, tidak seperti hewan yang hanya memiliki
realitas materi, hewan tidak memiliki realitas pikiran seperti yang dimiliki
manusia. Alam hanyalah sesuatu yang bekerja dengan pola seperti mesin, alam
bersifat mekanistik. Descartes mengandaikan realitas pikiran yang dimiliki
manusia adalah sama dengan yang dimiliki Malaikat.
Pemikiran
ini berkembang menjadi spesiesme, spesiesme adalah paham diskriminasi satu
mahkhluk hidup saja, misalnya manusia menganggap lebih tinggi posisinya dari
mahkluk hidup lainnya hingga timbullah rasa superioritas. Beberapa faktor yang
menyebabkan paham spesiesme adalah manusia dianggap lebih maju dari mahkhluk
hidup lainnya karena memiliki kemampuan bernalar dan konsep Imago Dei (manusia dianggap serupa dan
segambar dengan Tuhan).
Antroposentrisme
adalah paham yang timbul pada abad pertengahan yang diusung oleh pemikir abad
modern. Pahan yang menyatakan manusia sebagai inti dari alam, manusia adalah
penguasa alam, dan apapun yang ada di alam dapat dipergunakan untuk
kesejahteraan manusia karena alam dianggap tidak memiliki nilai intrinsik,
manusia sebagai subyek dan alam adalah obyeknya sehingga kesejahteraan alam itu
sendiri tidak diperhitungkan dan cenderung dieksploitasi. Antroposentrisme
merupakan perluasan dari paham spesiesme, terjadi akibat hirearki manusia yang
dianggap paling tinggi. Pemikiran manusia yang antroposentrisme membawa pada
teori yang diusung oleh David Hume tentang asas kegunaan atau manfaat. Paham
yang menjadikan individu melakukan suatu hal demi kebahagiaan atau
kesejahteraan kelompok terbesar, utilitarianisme yang didasari antroposentrisme
menghasilkan kesimpulan bahwa alam diperlakukan sebagaimana mungkin untuk
mencapai kebahagian makhluk hidup terbanyak yaitu manusia.
Ketiga
teori inilah yang menyebabkan krisis ekologi, kesalahan cara pandang barat dari
Plato, Aristoteles hingga dualisme, cartesianisme yang berlanjut menjadi
spesiesme dan berkembang menjadi antroposentrisme. Paham ini tidak lagi relevan
pada masa sekarang karena manusia dipandang sebagai kesatuan dari satuan
kehidupan yang lebih besar yaitu ekologi, bersama didalamnya hewan dan
tumbuhan. Ketiga makhluk hidup tersebut saling bergantung satu sama lain.
Namun
pada abad pencerahan mulai timbul paham materialisme yang mengkritik pandangan
dualisme. Paham yang menganggap bahwa dunia ini tidak ada selain materi atau nature (alam) dan fisik adalah satu.
Schopenhauer adalah salah satu contoh filsuf yang materialis. Ia menyatakan
bahwa setiap individu memiliki nilai yang patut dipandang kesejahteraannya,
tidak hanya pada manusia tetapi juga pada hewan dan makhluk hidup lainnya,
kritiknya terhadap filsafat barat seperti pada Spinoza yang menyatakan hewan seharusnya diperuntukkan bagi
kesejahteraan manusia. Schopenhauer adalah filsuf barat yang mengadopsi paham
klasik timur (Buddhisme) untuk mengkritik filosofi barat. Schopenhauer
berpendapat individu terdiri dari noumena
dan fenonomena. Fenomena adalah anggapan bahwa individu berasal dari noumena, hal ini menimbulkan adanya ‘kehendak’ dalam setiap individu.
Kehendak inilah yang menyebabkan penderitaan pada manusia menurut Buddha, sedangkan untuk mencapai sebuah
keselamatan ‘kehendak’ harus
dilenyapkan. Pemikiran Schopenhauer memprakarsai filosofi anti-barat dan
pengkritikan atas anggapan antroposentrisme. Kehendak manusia harus perlahan dilenyapkan
untuk mencapai sebuah keselamatan karena keseimbangan kehidupan juga harus
mempertimbangkan kehendak makhluk hidup
lainnya.
Paham
Biosentrisme yang menyatakan makhluk hidup sebagai pusat kehidupan dan memiliki
hak namun pemikiran itu berkembang menjadi Ekosentrisme yang diusung oleh Arne Nauss pada tahun 1973. Ekologi
bagian yang memiliki hak dan harus diperhatikan kesejahteraannya. Hal-hal
seperti udara, air, dan tanah dianggap sebagai suatu organisme yang membentuk
ekosistem yang harmonis yang harus dijaga. Dengan adanya kedua pemikiran ini
timbullah etika lingkungan dengan paham yang membangun pikiran tentang etika
lingkungan hidup.
Filsafat
Timur seperti Buddhisme membawa pemikiran bahwa manusia memiliki kehendak yang
harus dihilangkan untuk mencapai kekosongan serta keadaan di mana manusia
bersatu dengan Tuhan. Hinduisme juga mengusung pemikiran yang sama ketika
manusia ada karena hubungan horizontal dengan Tuhan dan hubungan vertikal
dengan manusia. Adanya tubuh dan jiwa
harus disertai kesadaran untuk merasakan dan mengetahui sesuatu sebelum
berkehendak. Dengan pemikiran utama berlandaskan etika terhadap lingkungan. Filosofi
timur mengemukakan ajaran demi terwujudnya keseimbangan antara kehendak manusia
dengan alam.
Filsuf-filsuf
dari Cina seperti Kong Fu Tzi (Confusius)
dan Lao Tzi adalah dua contoh filsuf
timur yang membawa konsep etika lingkungan. Kong Fu Tzi mengatakan “Bilamana
engkau tidak mengenal kehidupan, bagaimana engkau dapat mengetahui kehidupan”.
Ajaran Kong Fu Tzi yang selanjutnya
dikenal dengan Konfusianisme ada sekitar 550 SM dan merupakan guru besar
pertama di Cina yang mengajarkan tentang tata cara menjalani kehidupan untuk
mencapai kebahagiaan akhirat. Ajaran utama tentang menjalani kehidupan yang
harmonis, Confusius menyatakan bahwa setiap manusia harus menjalin hubungan
dengan sekitarnya dan ia memiliki tujuan untuk melakukan suatu pengorbanan
untuk kesejahteraan alam semesta ketika ia dilahirkan di dunia ini, sehingga ia
harus menjalani kewajibannya itu, termasuk untuk alam. Ajaran moralitas, kebijakan,
dan kesempuraan dalam melaksanakan hak dan kewajiban dalam kemausiaan adalah
inti dari Konfusianisme. Teori Humanisme juga timbul dari ajaran Konfusianisme
di mana manusia memiliki kebebasan yang sama dan terikat untuk sebuah hubungan
sosial atau persaudaraan sebagai wujud bhakti kepada Tuhan agar manusia tidak
melakukan hal yang ia tidak ingin manusia lain lakukan kepadanya.
Ajaran Lao Tzi yang terkenal dengan Taoisme
yang timbul dua abad setelah Kong Fu Tzi.
Pemikiran Lao Tzi tentang
keseimbangan alam yang dikenal dengan Yin
dan Yang bahwa setiap benda memiliki dualisme positif dan negatif, sebuah
benda saling melengkapi untuk memenuhi energi, misalnya air dan api, udara dan
tanah. Untuk mencapai kesempurnaan hidup atau Dao maka manusia harus hidup dalam peraturan alam dan beradaptasi
dengannya. Etika Taoisme menjelaskan bahwa manusia sudah memiliki garis
nasibnya sendiri sehingga ia harus melakukan hal-hal itu dan kepercayaan untuk
menjaga keseimbangan pada alam karena pada dasarnya manusia tidak bisa melawan
alam. Jika manusia tersebut menjaga terjaganya Yin dan Yang dalam siklus kehidupan maka manusia itu dipercaya akan
menuju Dao atau kehidupan surgawi. Ajaran
Taoisme juga membahas tentang pandangan Wu
Wei yang mengkritik antroposentrisme, manusia harus berbuat tanpa
dibuat-buat atau tidak semaunya. Manusia hendaknya mengambil prinsip
kesederhanaan sehingga manusia tidak terlampau memiliki banyak keinginan agar
tidak terjadi hal yang sebaliknya. Taoisme berfilosofi supaya manusia hidup
seperti air, dapat mengikuti bagaimanapun medan yang dilaluinya, harus memiliki
kejernihan pikiran untuk tidak egois (egois dalam artian memikirkan kepentingan
manusiawi saja tanpa mempertimbangan keadaan alam semesta) karena sesungguhnya
kondisi manusia tidak dapat memahami proses alam.
Cina
sebagai Negara dengan peradaban tertua di Asia memiliki beberapa
pemikiran-pemikiran yang mengagungkan kebijaksanaan dan moralitas, pemikiran
inilah yang menjadi tuntunan hidup masyarakat untuk mencapai suatu
kesejahteraan. Pemikiran Cina sebagai representasi pemikiran timur berbanding terbalik dengan pemikiran
barat. Filsuf Cina telah mengenal konsep etika lingkungan dan mengutamakan
manusia sebagai bagian dari alam dan bagaimana hidup untuk menjaga keseimbangan
dengan alam sementara pemikiran barat yang menekankan pada hubungan
antar-manusia sebagai individu dan cara hidup untuk mencapai kesejahteraan
manusia itu sendiri. Keunikan dari filsafat Cina adalah manusia diposisikan
sebagai individu yang menjaga kehidupan semesta dengan berbuat bijaksana,
berbuat baik kepada seluruh ciptaan untuk mencapai ke tingkatan yang lebih
tinggi yaitu kehidupan surgawi. Keunikan lainnya adalah pemikiran Lao Tzi dan Kong Fu Tzi bersifat filosofis dan juga dogmatis, seperti diberikan
oleh Tuhan namun dapat memiliki penjelasan filosofis sehingga ajaran kedua
filsuf Cina tersebut dapat dijadikan sebagai kepercayaan atau agama karena
dianggap mempercayai adanya Tuhan YME. Ajaran seperti Taoisme dan Kong Hu Cu
yang berkembang di Cina menjadi kepercayaan yang serupa dengan agama Hindu dan
Buddha yang berasal dari pemikiran Hinduisme dan Buddhisme. Kritik terhadap
pemikiran antroposentrisme yang berdasar pada konsep kebutuhan manusia dan alam
yang menyesuaikan diri dengan kebutuhan manusia dianggap tidak dapat
menimbulkan suatu keselarasan sehingga manusialah yang harus mengalah dengan
menyatu dengan alam. Dua ajaran filsuf Cina tersebut mengacu pada ekosentrisme
yang dianggap tepat bagi kondisi alam saat ini, melihat kehidupan sebagai satu
keselarasan makhluk hidup dengan ekologinya. Manusia tidak lagi menjadi inti
dari kehidupan tetapi manusia harus berusaha menjaga kehidupan demi
berlangsungnya kehidupan itu sendiri.
Ps. Tugas ini dibuat untuk memenuhi ujian tengah semester etika lingkungan, 2010
Comments
Post a Comment