 |
Photo by Kristian Erdianto |
Neo-neorealisme
adalah kembalinya gerakan neorealisme dalam sinema kontemporer Italia. Gerakan
ini ibarat gaung positif ketika perekonomian Italia sedang jatuh yang
sebelumnya mengakibatkan menurunnya performa sinema Italia dari tahun 1980-an. Munculnya
neo-neorealisme berhasil memberikan ingatan akan besarnya pengaruh neorealisme
tahun 1942-1952 sebagai suatu gerakan yang mempengaruhi sinema dunia. Hal ini
ditandai dengan dua film besar yang menang dalam nominasi Festival du Cannes pada tahun 2008 yaitu Gomorra karya Matteo Garrone dan Il Divo karya Paolo Sorrentino. Kedua film ini bagaikan gong yang
menandai bangkitnya 'neorealisme' Italia dalam bentuk baru, sehingga disebut
neo-neorealisme.
Neorealisme
sendiri adalah gerakan sinema yang terjadi pasca PD II sebagai kritik sineas
Italia akan sinema yang tidak menampakkan kehidupan Italia yang sesungguhnya.
Penonton pada masa itu ibarat diberikan 'utopia' dalam film sebagai upaya
melarikan diri dari kenyataan yang pahit. Oleh karena itu, neorealisme
mengembalikan tujuan sinema untuk memperlihatkan film serupa dengan realita.
selanjutnya.
Realita
bahwa mafia telah menelusup dalam kehidupan di Italia tidak dapat dipungkiri.
Oleh karena itu, penulis memilih untuk mengangkat isu ini yang tergambar nyata
dalam film Gomorra. Dalam
wawancaranya dengan Vice Magazine, Roberto
Saviano, pengarang buku Camorra yang
menjadi dasar Matteo Garrone membuat film Gomorra
menyatakan: "Jumlah kematian di Italia yang disebabkan oleh mafia lebih
besar dari pertempuran di Gaza. Perang antar-kelompok ini telah memakan kurang
lebih 10.000 nyawa sepanjang sejarah mafia Italia."
Berdasarkan fakta itu dan didukung oleh pendapat Pierpaolo Antonello, pengajar
senior Departemen Studi Italia di University
of Cambridge dalam The Italianist
(2010). Ia menyatakan bahwa Gomorra adalah
gambaran kehidupan italaia sekaligus tanda 'kembalinya' gerakan neorealisme pada
sinema kontemporer Italia.
Dua
faktor itulah yang kemudian mengarahkan penulis untuk memaparkan neo-neorealisme
yang merupakan gambaran kehidupan mafia. Pemaparan akan diawali pada perubahan
neorealisme ke pink neorealism, hingga
kemudian sampai pada neo-neorealisme. Kemudian, analisis dibatasi hanya pada dimensi
kultural dan estetika terkait konsep Camorra
berdasarkan sistem keanggotaan dan kekuasaan, serta bisnis yang dijalankan sebagai
kelompok rahasia penting dalam sejarah Italia sebagai representasi kehidupan
sosialnya. Pemaparan akan ditutup
dengan kesimpulan dari penulis.
2.
Neorealisme ke Neo-Neorealisme
Bagian
dua dalam pembahasan ini akan membahas perkembangan neorealisme Italia,
kemudian pergerakkannya ke pink neorealism,
sampai pada neo-neorealisme yang
disinyalir muncul pada tahun 2008. Sinema Italia memiliki posisi penting dalam
perkembangan sejarah sinema dunia, salah satunya adalah periode neorealisme
yang terjadi pada tahun 1942-1953. Neorealisme adalah gerakan para sineas
sebagai dampak krisis Perang Dunia II yang menghancurkan sebagian besar
infrastruktur di Italia. Neorealisme juga menampilkan refleksi nyata dari
kondisi masyarakat kelas pekerja di mana orang menderita karena krisis serta
kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Gambaran kehidupan pada
dasarnya ini timbul sebagai kritik atas kondisi sinema saat itu yang hanya
menampilkan kehidupan kaum elit (ditandai dengan adanya telepon putih atau telefono bianchi). Beberapa penggerak
neorealisme seperti De Sica, Rosselini, Visconti, Zavantini, hingga Fellini
berkeinginan untuk menyadarkan masyarakat melalui film mereka. Tujuan ini pun
terangkum dalam perkataan Zavantini mengenai neorealisme di mana peran seniman
tidak hanya sekadar mengarahkan emosi penonton untuk marah atau bahagia, tapi
juga untuk membuat penonton peka dan berpikir tentang relasinya dengan
lingkungan sekitarnya. Zavantini menekankan bahwa sinema pada hakekatnya
menampilkan realitas seperti seharusnya (reality
as it exactly is). Dari banyaknya
film-film neorealisme seperti Ladri di
Biciclette, Sciuscià, sampai La
Strada, Umberto D karya Vittorio De Sica adalah judul film terakhir yang
menandai berakhirnya neorealisme di Italia (Bergan, 2011: 154)
Dalam
perkembangannya, neorealisme kemudian menurun saat tahun 1950 karena pemerintah
Italia di bawah pimpinan Giuolio Andreotti membuat sebuah lembaga yang
menginfiltrasi setiap naskah dan produksi film. Andreotti yang berasal dari
partai Demokrat Katolik juga mengarahkan neorealisme ke arah yang lebih
optimis. Bahwasanya realita kehidupan pekerja yang sebelumnya digambarkan tanpa
harapan, kemudian dibingkai dalam kebahagiaan walaupun dikelilingi kemiskinan,
ketidakmampuan, dan kesakitan. Salah satu perubahan yang dapat diidentifikasi
dalam pink neorealism adalah adanya
akhir bahagia dalam film dan penggunaan aktor/aktris profesional. Namun, Mira
Leihm dalam bukunya Passion and Defiance:
Film in Italy from 1942 to Present menyatakan bahwa Pink Neorealism adalah bentuk kembalinya sinema Italia pada masa
sebelum neorealisme di mana terjadi escapism
dalam realita. Leihm menyatakan periode ini merupakan propaganda dari
Andreotti untuk mengarahkan penonton menjauh dari kenyataan Italia pada saat
itu. Dengan berpegang pada nilai konservatif Katolik dan anti-realis, film-film
pink neorealism membawa penonton
percaya akan adanya harapan dari kemiskinan dan kesulitan kehidupan.
Contoh-contoh film dalam periode pink
neorealism seperti La Vita è Bella karya
Roberto Benigni dan La Dolce Vita karya
Federico Fellini (1984: 141-142).
Sebagai
sebuah pergerakan besar dalam dunia sinema, neorealisme kembali muncul pada
sinema kontemporer Italia. Kemunculan kembali gerakan neorealisme disebut
sebagai neo-neorealisme. Neo-neorealisme di sini tidak diartikan sebagai genre, tapi lebih pada sebuah gerakan
yang diilhami gerakan yang terjadi di Italia sebelumnya. Gerakan 'pembuktian'
sinema dalam krisis yang terjadi di Italia. Balint Kovasc, Profesor Departemen
Film di ELTE University mengemukakan
pengaruh neorealisme yang mendunia di mana sebagian besar nampak dalam
perkembangan sinema independen (Gomorra merupakan
film produksi Rai Cinema di mana rumah produksi itu masuk dalam kategori
independen)* termasuk di dalamnya neo-neorealisme.
Hal
mendasar yang dilihat dalam gerakan neo-neorealisme adalah gerakan neorealisme
yang kembali dalam sinema kontemporer Italia. Berikut ciri-ciri sinema
neorealisme yang kemudian muncul pada neo-neorealisme: biaya yang rendah, mise-en-scène film dokumenter, jalan
cerita yang tidak rumit (tidak melodrama, biasanya tidak berakhir bahagia), akhir
yang terbuka lokasi pengambilan gambar di luar ruangan (di luar studio), aktor
yang tidak profesional (pada neo-neorealisnya adanya gabungan dengan aktor
profesional), pencahayaan natural, improvisasi dialog, film sebagai refleksi
keadaan sosial, adanya landscape, long
shot, dan depth of field (ilusi
kedalaman) pada estetika film. Kemudian memang terjadi beberapa perubahan
terhadap ciri neorealisme pada neo-neorealisme yakni, produksi tidak lagi
difokuskan pada anggaran, aktor, maupun lokasi. Fokus neo-neorealisme adalah
kembali pada realita masyarakat yang ditampilkan dalam layar seperti apa
adanya.
Apakah
kemudian neo-neorealisme dapat dinyatakan sebagai sebuah gerakan kembali dari
neorealisme dengan perbedaan estetika itu? Fellini juga pernah berpendapat
dalam wawancaranya pada tahun 1960, "Fokus neorealisme bukan berada pada
'apa' yang ditunjukkan, tapi 'bagaimana menunjukkannya. Hal ini mengungkap tata
cara individu memandang dunia tanpa prasangka dan stereotip. Beberapa orang
percaya bahwa neorealisme hanya dapat menunjukkan beberapa tipe realitas,
realitas sosial tepatnya. Namun, realitas sosial yang diperlihatkan mungkin
saja menjadi propaganda." Hal inilah yang menjadi pegangan para sineas
muda hingga lahirnya gerakan neo-neorealisme sebagai jejak neorealisme dalam
sinema kontemporer Italia.
Neo-neorealisme
pada umumnya sama dengan neorealisme pada sebagian segi estetika. Untuk narasi,
neo-neorealisme kembali pada bentuk neorealisme yang tidak menawarkan 'akhir
yang bahagia' seperti pada pink
neorealism. Adanya perubahan pada penggunaan aktor non-profesional dan
lokasi maupun anggaran dana menjadi faktor yang tidak tetap pada
neo-neorealisme. Dalam artian, ciri dalam neorealisme tidak bersifat rigid
harus dipenuhi dalam neo-neorealisme. Sutradara dapat menggunakan aktor
profesional maupun non-profesional, lokasi di dalam atau di luar studio,
anggaran dana yang tidak dapat diprediksi, sampai pada improvisasi dialog yang
dapat dipenuhi atau tidak. Hal yang
tetap hanyalah tema film yang diusung harus memperlihatkan kenyataan masyarakat
sebagaimana adanya serta memperlihatkan kelas pekerja maupun kemiskinan yang
ada di Italia.
Adapun
perbedaan lain di antara keduanya dapat dilihat dari konteks historis.
Neorealisme memperjuangkan sinema sebagai wadah kritik sosial keadaan
masyarakat Italia atas fasisme di mana menyoroti lambannya perubahan
infrasturktur dan kesejahteraan masyarakat pasca-perang. Sementara itu, neo-neorealisme
mengkritik Italia yang masuk dalam pemerintahan,
industri, ekonomi sampai pada unit-unit
masyarakat terkecil. Besarnya lingkaran berdampak pada korupnya negara serta merosotnya
perekonomian Italia. Contohnya saja pada Gomorra
yang membawa realita kehidupan Camorra yang
disebutkan sebelumnya dalam bingkai
kamera. Kehidupan yang digambarkan dari sisi 'dalam' penduduk
Napoli yang tinggal di bagian selatan Italia, sehingga film ini patut
dinyatakan sebagai penanda gerakan neo-neorealisme. Sebelum masuk dalam
representasi kehidupan sosial dalam film Gommora,
subbab selanjutnya memaparkan sinopsis Camorra.
3.
Sinopsis Gomorra Karya Matteo Garrone
Cerita
dimulai dengan empat orang laki-laki yang sedang melakukan perawatan tubuh dari
tanning sampai manicure, kemudian tiga laki-laki lainnya datang dan membunuh
mereka. Cerita dibagi dalam lima alur dengan tema besar yaitu kekuasaan,
pertarungan nama baik, dan bisnis ilegal. Cerita pertama dilatarbelakangi
dengan kota Napoli di Selatan italia. Totò adalah laki-laki berusia 12 tahun
dan ingin bergabung dengan anggota organisasi untuk membuktikan kedewasaannya.
Ayahnya meninggal sebagai anggota organisasi itu. Lalu, ia memutuskan untuk
meninggalkan sekolahnya dan mengambil langkah yang mengubah kehidupannya. Pada
akhirnya, Totò mengorbankan orang yang tidak bersalah demi persaudaraannya
dalam Camorra.
Cerita
lainnya datang dari dua pemuda dari lingkungan sosial yang sama dengan Totò,
Marco dan Ciro adalah pemuda yang menolak aturan pimpinan Camorra. Mereka merasa memiliki kapasitas untuk memimpin Camorra daripada pimpinannya sekarang.
Keduanya bertindak seperti anggota gangster yang ditampilkan dalam film tanpa
memikirkan konsekuensinya yang mengantarkan keduanya pada kematian. Cerita lainnya
datang dari dari Roberto yang sedang mencari pekerjaan dan bergabung dengan
Franco yang berada dalam lingkar Camorra.
Pekerjaan pembuangan limbah terlihat berprospek cerah yang kemudian menimbulkan
pertentangan dalam nuraninya.
Di
sisi lain, Don Ciro adalah anggota organisasi Camorra yang setia dan jujur saat bertugas menyalurkan uang pada
orang-orang yang tinggal di hunian Camorra.
Sampai suatu ketika perang yang terjadi antara dua organisasi membuat Don Ciro memikirkan
keselamatannya sendiri. Ia berkhianat dengan membeli jiwanya untuk diselamatkan
dari penyerangan anggota organisasi lain yang menyerang teritori Camorra. Alur cerita terakhir
memperlihatkan Pasquale seorang penjahit yang bekerja di pabrik garmen yang
dikelola oleh Enzo, seorang mafia. Upah yang rendah membuatnya menjual rahasia
sistem pada Cina. Kehidupannya kemudian berubah saat ia memutuskan untuk keluar
dari lingkar bisnis ilegal mafia.
4.
Representasi kehidupan sosial Camorra
dalam Gomorra
Kemunculan film ini dianggap sebagai potret kehidupan sosial
Camorra Italia sesuai dengan
realitanya. Kehidupan sosial digambarkan dalam lima alur yang saling mengisi keseluruhan cerita dalam
film ini. Bab ini akan menganalisis aspek estetik dan kultural kehidupan di
Napoli melalui hubungan kelima jalan cerita dalam Gomorra. Analisis akan dibagi dalam dua bagian besar yaitu diensi
estetika dan dimensi kultural. Berikut analisis representasi kehidupan sosial Camorra dalam film Gomorra.
4.1 Aspek Estetika
Sesuai dengan pemaparan dalam pendahuluan
bahwa ciri neorealisme terlihat dari adanya long
shot dan landscape. Ciri khas
neorealisme lainnya adalah adanya depth
of field atau ilusi kedalaman yang ditampilkan dalam beberapa adegan dalam
film ini. Ketiga ciri utama neorealisme diperlihatkan dalam subbab ini untuk
membuktikan bahwa Gomorra merupakan
film neo-neorealisme di mana berciri estetis sama dengan neorealisme Italia.
5.1.1 Long shot dan
landscape
Penjelasan mengenai aspek estetika dalam
pengambilan adegan yang menjadi ciri adalah adanya long shot. Menurut Thompson dan Bowen dalam Grammar of The Shot, jenis long-shot dibedakan menjadi empat yaitu: extreme long shot, very long shot, long shot, dan medium long shot. Kemudian, bagian ini
hanya akan menjelaskan sampai pada long shot mengingat ciri utama neorealisme
adalah adanya long shot. Jenis shot ini ditujukan agar menangkap lebih
pemandangan di sekitar orang, obyek, atau aksi terterntu yang dilakukan tokoh.
- Landscape
Jenis shot ini adalah memberikan gambaran berupa pemandangan sebagai tolak
ukur imajinasi penonton terhadap latar film. Landscape dan extreme long
shot hanya berbeda pada jarak antara objek dan background latar film. Berikut ditampilkan 4 (empat) contoh landscape shot dalam film Gomorra.
(Gambar
1)
Gambar pertama
muncul paruh awal film ketika kamera bergerak menjauh (zooming out) untuk memperlihatkan lokasi pemukiman Camorra.
(Gambar
2)
Pada gambar kedua
muncul di tengah cerita meunuju paruh akhir. Ketika Ciro dam Marco mencari
kembali tempat mereka menyembunyikan senjata curiannya. Shot ini selain memperlihatkan landscape
di mana adanya pemandangan hutan pada siang hari, juga dapat menjadi contoh
adanya depth of field yang terlihat
dari deretan pohon.
(Gambar
3)
Gambar ketiga
adalah lokasi dekat pelabuhan tempat Enzo dan Roberto mengecek status
pembuangan limbah ilegal dalam bisnisnya. Shot
di luar ruangan dan menampakkan pemandangan sekitar menjadi alasan ini
ditempatkan pada landscape shot.
Gambar ketiga
adalah lokasi pembuangan limbah selanjutnya dari perjalanan Franco dan Roberto.
Pemandangan dari beberapa truk dan limbah menjadi objek fokus, tapi
komposisinya masih berada di bawah lingkungannya dalam satu frame, sehingga shot ini digolongkan dalam landscape shot.
(Gambar
4)
Dari contoh di
atas, disimpulkan bahwa landscape shot menangkap
gambaran setting film dengan
komposisi pemandangan yang besar dari objek atau tanpa objek sekalipun. Hal ini
dilakukan agar penonton mendapatkan gambaran dari situasi nyata lokasi kejadian
cerita.
-
Extreme long shot
Extreme long shot memiliki beberapa ciri misalnya
pengambilan gambar dilakukan di luar ruangan, menjadi very wide shot atau very wide
angle shot, komposisi objek tidak melebihi pemandangan, berada pada awal
film atau awal tiap sekuen, menampilkan situasi urban, suburban, rural, gunung,
lautan, dll (Thompson dan Bowen, 2009:12). Berikut ditampilkan 3 (tiga) contoh extreme long shot dalam film ini.
(Gambar 5)
Gambar 5 memperlihatkan
salah satu contoh extreme long shot di
mana proporsi lingkungan sekitar yang lebih banyak daripada obyek dalam framing. Gambar ini memperlihatkan
situasi pinggiran kota yang menjadi lokasi Roberto dan Franco menjalankan
bisnisnya.
(Gambar 6)
Gambar 6 adalah adegan ketika Marco dan Ciro berusaha membunuh
salah satu dari anggota Camorra yang
berujung pada kematian mereka. Adanya long
shot memperlihatkan situasi sekitar markas utama yang berada di pinggir
sungai dan tindakan kedua pemuda ini yang mencoba menyelundup diam-diam.
(Gambar 7)
Gambar terakhir
memperlihatkan contoh lainnya dari extreme
long shot untuk memperlihatkan dominasi lokasi markas lainnya tempat di
mana Don Ciro bertemu dengan Camorra lainnya
untuk memberikan uang yang akan disalurkan pada penghuni yang keluarganya
bekerja untuk organisasi itu daripada kehadiran obyek itu sendiri pada adegan ini.
- Very long shot
Very long shot digunakan setelah
penggunaan extreme long shot ketika
obyek ditampilkan setelah kamera bergerak mengambil gambar panorama. Tujuannya
adalah untuk mendekatkan jarak antara extreme
long shot yang fokus pada latar belakang untuk menyadari adanya eksistensi
pada pergerakkan obyek. Oleh karena itu, komposisi latar belakang tetap lebih
besar dari obyek. Berikut ditampilkan dua contoh very long shot dalam Gomorra.
(Gambar 8)
Gambar 8 memperlihatkan
Pasquale yang baru saja pulang dari pabrik Cina. Komposisi obyek tetap lebih
kecil untuk fokus pada latar belakang yang memberi informasi waktu saat ia
melakukan pekerjannya itu, namun tidak sekecil dalam extreme long shot. Demikian agar fokus pada objek tidak hilang
karena keduanya sama pentingya dalam adegan
ini. Dalam konteksnya, Pasquale bekerja seharian yang menjadi penanda
adalah perubahan terang-gelap-terang yang digambarkan dalam keutuhan satu sequance cerita ini.
(Gambar 9)
Gambar 9 menggunakan very long shot dengan tujuan serupa.
Sepanjang jalan diperlihatkan untuk mengarahkan fokus pada latar belakang dan
obyek. Konteks adegan ini adalah Marco dan Ciro dalam perjalanan menuju markas Camorra. Perjalanan diambil dengan very long shot dengan beberapa kombinasi
extreme long shot untuk
memperlihatkan rute yang dilaluinya.
-
Long shot
Long shot memperlihatkan komposisi objek
seutuhnya yang terlihat jelas pada latar belakang yang juga mendukung
eksistensi objek dalam framing. Hal
ini bertujuan untuk fokus pada aktivitas yang dilakukan objek dan tidak lepas
pada latar belakang kegiatan itu terjadi dalam jarak pandang yang sama antara
pandangan mata dan framing dalam
adegan. Berikut ditampilkan dua contoh long
shot dari banyak contoh lainnya. Contoh ini diambil karena dianggap paling
mewakili definisi long shot yang
dipaparkan.
(Gambar
10)
Pada gambar 10, adegan Ciro
dan Marco menembaki sekitarnya dengan sembrono diambil dengan gaya long shot dengan gerak kamera panoramik
untuk memperlihatkan situasi lingkungan sekitar yang jauh dari tempat tinggal
penduduk. Oleh karena itu, mereka dapat menembaki sekelilingnya tanpa takut
membunuh siapapun. Latar belakang rawa juga memperlihatkan lokasi yang berada
jauh dari pusat kota. Adanya bangunan yang mewarnai latar memberi penjelasan
jarak antara rawa atau pinggir danau dengan rumah huni Camorra. Long shot juga
mempertegas aktivitas objek yang bersifat 'brutal'.
(Gambar
11)
Gambar kedua dari contoh long shot memperlihatkan truk yang
dipakai untuk membawa jasad Marco dan Ciro setelah mereka menyerang Camorra. Jenis shot ini dipakai bersamaan dengan gerak mundur truk ke laut dan
gerak kamera yang menjauh (zoom out).
Komposisi latar belakang yang menampakkan horison dan pinggiran laut lengkap dengan
pasir memperlihatkan lokasi pinggiran serupa dengan gambar 10.
4.1.2
Depth of field (ilusi kedalaman)
Ilusi kedalaman atau depth of field adalah ciri utama lainnya pada film neorealisme
selain long shot. Berikut ditampilkan
lima contoh adegan yang menampilkan ilusi kedalaman dalam film ini.
(Gambar 12)
Adegan pada gambar 12 memperlihatkan
ilusi kedalaman ketika Don Ciro bergerak keluar dari rumah ke rumah dalam
hunian Camorra untuk membagikan uang
yang disalurkan dari pemimpin organisasi.
Perspektif ini kemudian digunakan untuk memperlihatkan luasnya hunian ini.
(Gambar 13)
Gambar 13 menggunakan depth of field ketika Totò melakukan
tugas pertamanya untuk mendistribusikan kokain yang telah dipaket rapih dalam
tas sekolahnya. Perspektif kedalaman digunakan untuk menegaskan ketakutan Totò
dan gerak mobil polisi yang menjauhinya.
(Gambar 14)
Gambar 14 mengungkap ilusi kedalaman
antara Ciro dengan ruang di belakangnya maupun tembok didepannya yang
dihadirkan 'lebih tinggi' darinya saat penyerangan ke markas Camorra. Sudut pandang ini diambil untuk
memperkuat adegan terkait dengan keputusan Ciro untuk melakukan penyerangan.
(Gambar 15)
Gambar selanjutnya memperlihatkan
adegan di mana Ciro mencari lokasi senjata curian yang disembunyikannya. Ilusi
kedalaman dipakai untuk memperkuat perkataan Ciro tentang luasnya hutan,
sehingga membutuhkan waktu satu setengah jam untuk mencari lokasi senjata.
(Gambar 16)
Gambar terakhir terlihat ketika
Pasquale sedang mengecek muridnya saat memberikan instruksi pada sebuah pabrik
Cina. Ilusi kedalaman dipakai untuk memperlihatkan pentingnya adegan ini yang
menggambarkan besarnya pabrik ini menggambarkan kekhawatiran pabrik Italia.
Pemaparan di atas menunjukkan
beberapa contoh dari banyaknya extreme
long shot, very long shot, dan long
shot yang bervariasi menunjukkan sampai pada beberapa landscape
shot yang digunakan untuk memperlihatkan pencahayaan dalam adegan yang
natural. Selain shot, banyaknya ilusi
kedalaman atau depth of field menunjukkan
kuatnya perspektif adegan serta mise-en
scène serupa film dokumenter yang menjadi ciri neorealisme dalam film Gomorra. Di luar kedua aspek itu, akhir
cerita yang terbuka dan tokoh non-profesional dan banyak pemeran memang diambil
dari daerah Napoli. Kedua hal inipun membuat film ini memiliki ciri neorealisme
lainnya. Dapat
ditarik simpulan bahwa sehingga terlihat bahwa film ini dapat digolongkan ke
dalam neo-neorealisme dilihat dari aspek estetiknya.
4.2
Aspek Kultural
Penjelasan aspek kultural terkait ideologi dan pesan yang
disampaikan secara implisit dalam film yang berkaitan dengan gambaran kehidupan
sosial masyarakat saat itu. Melalui penjelasan ini, ciri neorealisme dalam film
Gomorra dapat terlihat dengan beberapa
pembagian sebagai berikut, pola kekuasaan teritori dan keanggotaan yang
terlihat dari loyalitas Totò, pengkhianatan Don Ciro untuk menyelamatkan
dirinya dari perseteruan antar-organisasi, dan perlawanan dari Ciro dan Marco
untuk menentang kekuasaan tertinggi Camorra.
Kemudian, tiga dari banyak bisnis 'ilegal' Camorra
diperlihatkan dalam film ini. Bisnis kokain yang menggunakan pemuda sebagai
distributor, bisnis pembuangan limbah ilegal diatur oleh Franco dan Roberto,
serta bisnis industri 'gelap' garmen oleh Enzo dan Pasquale. Berikut penjelasan
akan dimulai dari pola kekuasaan teritori dan keanggotaan, kemudian dilanjutkan
dengan bisnis ilegal Camorra.
4.2.1 Gambaran kekuasaan teritori dan keanggotaan Camorra
Gambaran kekuasaan dan teritori
keanggotaan Camorra terlihat dalam
penjelasan Rafaelle Cutolo, tokoh Camoristi,
membuat sistem keluarga baru dalam kelompok Camorra
dengan bentuk kelompok dengan struktur pengumpulan uang dan daerah bisnis
yang dibagi rata. Sistem yang mengatur pertahanan dan keamanan daerah teritori,
seleksi keanggotaan serta ekonomi sebagai pemasukan organisasi. Kekuasaan
merupakan hal vital yang didapatkan dari kontrol psikis akan daerah setempat.
Oleh karena itu, penting bagi kelompok Camorra
mempertahankan legitimasi kekuasaannya. Kedua hal itu nampak dari lima alur
cerita yang melibatkan tokoh Totò, Don Ciro, Ciro, dan Marco dalam film ini.
4.2.1.1 Keanggotaan dan Loyalitas Camorra
Loyalitas berhubungan erat dengan
seleksi keanggotaan dan isu kekuasaan teritori Camorra yang saling berhubungan. Kekuasaan teritori diperlihatkan dari
legitimasi nama baik, loyalitas diperlihatkan dari sikap anggota organisasi,
dan hal itu berkaitan langsung dengan seleksi keanggotaan Camorra.
Seleksi keanggotaan terlihat pada
adegan anak muda berjumlah delapan orang yang dikumpulkan di suatu gudang untuk
menjalani tes sebelum bergabung dengan Camorra
(32:09). Tes itu mengharuskan Totò dan anak-anak lainnya menggunakan rompi
anti peluru dan ketua organisasi akan menembakkan peluru ke badannya. Sesaat
setelah menembak, sang ketua akan menyatakan anak laki-laki itu telah menjadi
pria. Hal ini menunjukkan keperkasaan pria di daerah itu dibuktikan dengan
keanggotaannya pada kelompok tertentu. Tahap selanjutnya setelah lulus dalam
tes adalah menjaga menara dan melaporkan keluar-masuknya kendaraan dari hunian Camorra (35:38). Hal ini dilakukan untuk mencegah adanya anggota kelompok lawan
masuk dalam hunian dan membunuh salah satu dari anggota organisasi maupun
keluarganya.
Keanggotaan dan loyalitas juga
dipaparkan pada awal adegan (06:50) ketika Simone, teman Totò, mengatakan
Vitale dan Bonbon yang ditangkap karena 'menyebrang' dalam artian berpindah ke
sisi lawan. Adegan lainnya terlihat ketika Simone akhirnya memutuskan untuk
'menyebrang' karena ia merasa tidak berguna dalam struktur organisasi Camorra (59:39). Simone juga mengajak
Totò untuk ikut bersamanya karena perbedaan sisi akan menimbulkan posibilitas
saling membunuh antara kedua sahabat ini. Pernyataan Simone memperlihatkan
ironi dari pikiran anak-anak seusianya yang telah menyadari perang antar-organisasi
yang terjadi untuk mendapatkan legitimasi 'nama baik' terkait harga diri dalam
setiap tindakan kriminal atau pembunuhan yang dilakukan terhadap satu kelompok
pada kelompok lainnya.
Perpecahan
dalam tubuh organisasi sangat mudah terjadi dan ini menjadi korosif bagi Camorra. Dengan banyaknya jumlah dan
sistem yang diterapkan Camorra, antar-anggota
menganggap bahwa perang terjadi di antara mereka. 'Nama baik' dijaga dengan
balas dendam ketika satu anggota mereka terbunuh di tangan kelompok lain. Hal
ini kemudian nampak dalam film ketika Marco menyatakan "Kita berada dalam
perang!" (1:24:58). Gambaran korosifnya Camorra terlihat sepanjang tengah cerita menuju akhir di mana
penyerangan tiba-tiba dalam hunian terjadi dan membunuh satu orang Camorra bernama Gaetamo (1:39:11),
kemudian Camorra merencanakan balas
dendam untuk membunuh Maria karena anaknya yang menembak Gaetamo. Loyalitas
Totò diuji antara mendengarkan nuraninya untuk tidak membunuh Maria karena
perempuan itu tidak bersalah atau keluar dari kelompok itu (1:41:05). Pada
akhirnya, Totò mengiyakan karena tidak memiliki posisi tawar. Ia mengetuk pintu
Maria dan menyuruhnya keluar, lalu anggota organisasi lainnya menembaki
perempuan itu hingga tewas (1:44:23).
Adanya perubahan loyalitas individu pada
organisasi diperlihatkan dari narasi Don Ciro. Di awal, Don Ciro diperlihatkan
sebagai seorang penyalur uang dalam Camorra
yang bekerja menurut aturan (04:52). Perubahan terlihat ketika anak Maria
mengancam untuk membunuh Don Ciro (1:32:33). Ketakutan Don Ciro akan kematian
membawanya untuk mengkhianati organisasi dengan mendatangi kelompok lawan. Ia
menebus nyawanya dengan merencanakan sebuah penyerangan ketika transaksi uang
dilakukan untuk disalurkan pada hunian. Semua Camorra ditembaki kecuali Don Ciro (1:48:32).
Loyalitas yang diingkari serta
sistem 'nama baik' mafia ini juga dijelaskan dengan baik pada adegan terakhir.
Tidak adil apabila sistem yang dibuat mafia untuk menyelamatkan satu pekerja di
Mastre mengharuskan kelompok membunuh sekeluarga yang tinggal di Mondragore.
Pada akhirnya, Roberto menyadari sistem mafia dalam bisnis pembuangan limbah
dan memutuskan untuk keluar dari bisnis ilegal ini (1:57:52).
Berbanding terbalik dengan yang
dilakukan oleh Totò, faktor lingkungan dapat menjadi penyebabnya. Roberto tidak
dibesarkan dalam lingkungan mafia, sementara Totò tumbuh berkembang dalam
lingkungan itu. Urgensi 'pengakuan' tentu membuat Totò tidak memiliki posisi
tawar dalam Camorra.
4.2.1.2 Perlawanan dalam Camorra
Perlawanan dalam Camorra digambarkan dengan usaha-usaha Ciro dan Marco yang terjadi
sepanjang film. Kedua remaja ini adalah gambaran dari keinginan untuk menjadi
bos di lingkup Camorra dengan
menanggap diri mereka layaknya Tony Montana dari Scarface.
Usaha itu dilakukan dengan melawan kekuasaan tertinggi lewat tindakan kriminal
yang justru membawa keduanya pada kematian. Diawali dengan mencuri kokain dari
kelompok mafia Kolombia (12:15), Ciro dan Marco menjelek-jelekkan sistem Camorra dan berjanji satu sama lain
untuk menjatuhkan bos besar Camorra.
Bentuk perlawanan mereka dilanjutkan
dengan pencurian simpanan senjata yang disembunyikan anggota organisasi.
Setelah mencuri senjata, mereka menembakkan senjata secara liar ke lokasi
kosong yang jauh dari hunian Camorra
(42:40). Perlawanan keduanya masih berlanjut, mereka kemudian menjarah sebuah
toko video games karena mereka
kehabisan uang untuk main (1:18:04). Terakhir, mereka ditangkap dan dipukuli
oleh Camorra ketika sedang di tempat
prostitusi (1:19:00).
Tiga perlawanan ini memperlihatkan
bentuk protes lainnya dalam keanggotaan dan loyalitas Camorra. Ini adalah bentuk korosif lainnya, serta menjelaskan
realita kehidupan beberapa pemuda. Perlawanan dua pemuda ini juga menampakkan
kekuasaan Camorra yang pada akhirnya
membunuh dan membuang jasadnya ke laut seperti limbah. Mudahnya bos dalam Camorra menghabisi nyawa pemuda
memperlihatkan kekejian mereka yang tidak kenal ampun ketika berurusan dengan
legitimasi kekuasaan akan nama baik. Camorra
tidak segan membunuh orang dari komunitasnya sendiri. Hal ini yang juga
menggambarkan realita di mana tingkat kematian dalam lingkar mafia sangat
tinggi.
4.2.2 Bisnis Ilegal Camorra
Ketika legitimasi telah didapat,
kegiatan perdagangan ilegal pun otomatis dapat dilakukan untuk mendapatkan
uang. Bisnis ilegal yang digambarkan dalam film ini terbagi menjadi tiga,
yaitu: kokain, pembuangan limbah, dan industri garmen. Ketiga bisnis ini
ditampilkan karena merupakan pemasukan terbesar dalam Camorra. Dibuktikan dengan fakta yang menyatakan penghasilannya
dapat mencapai $230 milyar per tahun. Saviano
juga menulis dalam bukunya bahwa organisasi ini telah masuk dalam dinamika
ekonomi, terutama dalam bisnis tekstil, garmen, dan produksi sepatu dalam dunia
garmen Italia. Dampaknya secara nyata terlihat dari legalitas hukum yang samar-samar
dalam setiap modus operandi organisasi ini. Dari perspektif Camorra, bisnis dilakukan dalam sebuah
sistem yang dikenal dengan The
Secondigliano System dengan adanya kontrak, hukum, dan hak paten yang
merupakan mekanisme perlindungan pada pasar 'legal'. Sistem ini menjadikan
mafia kebal hukum dalam bisnisnya (Behan, 2002: 155-158).
4.2.2.1 Kokain
Kokain menjadi komoditas penting dalam
bisnis Camorra. Hal ini diperlihatkan
dari munculnya barang ini pada dua alur besar cerita dan dalam setiap adegan
sampai akhir film. Awal film mengungkap gabaran pasar kokain di lingkungan
hunian Camorra dengan peminat yang
sangat tinggi untuk mendapatkan barang itu (07:54). Kemudian, adegan transaksi
jual-beli kokain terjadi lagi saat Ciro dan Marco menipu mafia Kolombia.
Penggunaan kokain yang tinggi pada setiap anggota mafia juga terlihat pada
adegan ini (13:53).
Inspeksi polisi di daerah hunian
diperlihatkan sebagai akibat dari adegan penjualan sebelumnya. Saat kejadian
itu Totò mengambil pistol dan cadangan kokain untuk dikembalikan ke markas Camorra,
sehingga polisi tidak menemukan barang bukti apapun (27:58). Adapun adegan yang
menggambarkan pembuatan kokain dari bubuk yang diblender, lalu dikemas kurang
lebih 100 gram per botol kecil. Botol itu berjumlah puluhan yang kemudian
dititipkan pada tas sekolah Totò untuk dijual. Penggunaan Totò sebagai
distributor juga memperlihatkan gambaran eksploitasi anak dalam transaksi
kokain yang dilakukan Camorra (1:00:31).
4.2.2.2 Pembuangan Limbah
Bisnis pembuangan limbah dilakukan
oleh Franco, seorang kaya yang memiliki bisnis di berbagai daerah di Eropa. Hal
itu terlihat dari penguasaan bahasa Prancis ketika Franco dan Roberto berada di
gudang dekat pelabuhan (1:06:02). Di Italia, pembuangan limbah perusahaan besar
memakan biaya yang besar. Adanya mafia yang menyalurkan pembuangan limbah
ilegal sangat diminati untuk mengurangi pengeluaran perusahaan. Demikian
digambarkan dalam penawaran yang terjadi pada satu adegan film di mana Franco menawar
25 sen per kilo dengan berat total limbah sebanyak 8.000 ton (28:40).
Cara Franco untuk merekrut
asistennya nampak ketika Roberto bergabung. Franco menjanjikan pekerjaan dengan
jumlah gaji baik, tawaran untuk berjalan-jalan ke luar kota maupun lintas
negara. Ayahnya yang hanya seorang pekerja di Napoli menunjukkan kebahagiaan
karena anaknya mendapatkan pekerjaan. Sulitnya mencari pekerjaan di Napoli
menjadi salah satu alasan bekerja dengan lingkar bisnis ilegal mafia adalah
penawaran yang menarik (36:45).
Franco membawa Roberto pada sebuah
Gidang di Teverola tempat limbah pertama harus diorganisir pembuangannya
(42:40). Lokasi selanjutnya adalah gudang di pelabuhan (1:06:44) di mana Franco
dan Roberto menggunakan pelindung ketika mengecek limbah itu. Pelindung yang
digunakan menandakan level zat kimia yang tinggi dalam limbah. Bahaya limbah
yang diorganisir juga terlihat ketika dua orang supir truk terkena limbah dan
diberhentikan dari pekerjaannya. Adegan itu tidak hanya menunjukkan level zat
kimia yang tinggi, tapi juga memperlihatkan sistem asuransi pekerja yang tidak
diperhatikan. Para pekerja yang terkontaminasi hanya diminta pulang dan
diberikan sejumlah uang (1:06:02).
Eksploitasi pekerja anak juga
terjadi lagi dalam bisnis pembuangan limbah. Lima anak kecil diajarkan secara
singkat untuk mengemudikan truk yang berisikan limbah berbahaya, lalu dibayar
dengan upah yang jauh lebih murah dari supir yang terkontaminasi limbah
sebelumnya (1:12:30). Lalu, Franco mendatangi sebuah keluarga yang suaminya
sakit (dalam keadaan terbaring di tempat tidur) karena terkontaminasi oleh
limbah berbahaya. Franco menolak menaikkan biaya peminjaman tanahnya sebagai
tempat pembuangan limbah (1:26:44).
4.2.2.3 Industri Garmen
Bisnis berikutnya adalah industri garmen
yang diperlihatkan pada alur cerita Pasquale dan Enzo. Sistem mafia yang telah
disebutkan sebelumnya menempatkan pekerja tekstil asuhan Camorra dapat meniru baju-baju rancangan desainer haute-couture dengan mempekerjakan
desainer handal untuk mengajari tekniknya.
Hal ini terlihat dari situasi pabrik
tekstil milik Enzo dan proses lelang harga termurah dan jangka waktu terpendek
untuk sebuah produksi gaun. Enzo dapat memberikan harga yang sangat murah dan
waktu pendek untuk memenangkan lelang (23:01). Dari harga 50 euro untuk satu potong baju yang
diselesaikan dalam 50 hari, ia menawar 30 euro/baju yang selesai dalam 28 hari.
Hal ini berdampak pada waktu kerja yang berlebihan dan pekerja dibayar dengan
upah rendah tergantung pada harga lelang yang didapatkan dalam pasar gelap.
Selain penggunaan bahan-bahan terbaik yang
diperoleh dari Cina, adegan dalam film menjelaskan bagaimana pabrik milik Cina
dapat meniru barang-barang haute-couture.
Nampak dalam adegan Pasquale menerima tawaran untuk mengajarkan sebuah pabrik
milik Cina di Italia selama 10 kali pertemuan dengan dibayar 2.000
euro/pertemuan (26:52). Hal ini memperlihatkan rendahnya upah yang dibayarkan
bisnis tekstil garmen milik mafia, sehingga Pasquale memutuskan untuk menerima
tawaran yang diberikan pabrik Cina (51:43). Gambaran bisnis mafia yang saling
membunuh terlihat lagi ketika Enzo mengetahui pengkhianatan Pasquale. Namun, ia
tidak membunuh pria itu. Ia hanya membunuh orang-orang Cina yang membujuk
Pasquale. Sistem dalam mafia memperlihatkan eksploitasi Pasquale oleh Enzo yang
telah terjadi puluhan tahun sejak Pasquale kecil (1:38:43).
Ironi lainnya dari bisnis garmen ini
terlihat pada paruh akhir film di mana Pasquale yang memutuskan keluar dari
lingkar mafia dan menjadi supir truk (1:59:50). Ia melihat pakaian jahitannya
dipakai oleh Scarlett Johansson dalam Academy
Award menuai banyak pujian, meskipun akreditasi tetap pada rumah mode di
mana labelnya melekat di baju itu (bukan pada Pasquale). Adegan itu
memperlihatkan realita industri garmen yang dikelola oleh lingkar Camorra. Hal ini sesuai seperti tertulis
dalam buku Saviano tentang mafia Camorra bahwa
kelompok itu memiliki pasaran baik di dalam Italia maupun ke seluruh Eropa dan
dunia. Tidak hanya itu, pemasaran barang hasil produksi sampai ke Kanada dan
Amerika. (Saviano, 2007: 39-44).
Penjelasan di atas mengungkapkan
realita mafia Italia, terutama Camorra dengan
nyata. Penjabaran Garrone tentang kondisi Italia terkait kehidupan sosial Camorra sesuai dengan kondisi seperti yang
dipaparkan pada bab sebelumnya. Garrone menarik empati dengan isu dasar
humanisme seperti ciri neorealisme dengan menampilkan film sesuai dengan
kenyataannya. Dapat ditarik simpulan bahwa sehingga terlihat bahwa film ini
dapat digolongkan ke dalam neo-neorealisme dilihat dari aspek kulturalnya.
Kesimpulan
Untuk menutup tulisan ini, maka
kesimpulannya adalah neorealisme merupakan gerakan dalam sinema Italia yang
memiliki pengaruh besar. Gerakan ini kemudian kembali lagi yang ditandai dengan
hadirnya Gommora karya Matteo
Garrone. Film ini dapat disimpulkan
kembalinya gerakan neorealisme atau contoh dari neo-neorealisme dalam sinema
kontemporer Italia. Hal ini ditampilkan dalam ciri neorealisme Italia baik dari
segi teknik pengambilan gambar dan ideologi dalam analisis estetik dan kultural
dalam film karya sutradara Matteo Garrone.
Neo-neorealisme dalam film terlihat mendetail pada banyaknya long shot, landscape, adanya depth of
field atau ilusi kedalaman pada aspek estetik, akhir yang terbuka, banyaknya
pemeran non-profesional, serta realita yang menarik empati. Kenyataan
dihadirkan sebenarnya terkait kehidupan mafia Camorra sebagai salah satu kelompok paling berpengaruh di italia.
Garronne berhasil menempatkan detail estetika dan kultural yang teliti sesuai
dengan kaidah neorealisme, sehingga sulit untuk mengatakan film ini bukan tanda
dari neo-neorealisme. Selain itu, Garrone menempatkan kelima alur cerita yang
menampilkan realita yang menjadi 'sendi' dalam kehidupan sosial Camorra tanpa tendensi berlebihan.
Adapun sedikit perbedaannya yakni dari segi layer cerita yang bersusun-susun
dalam Gomorra, sementara pada
neorealisme hanya terdiri dari alur cerita sederhana yang tidak bersusun.
Film
ini secara umum bertujuan untuk membuka perspektif lain mengenai mafia. Selain
itu, film ini sebagai pengingat secara visual bahwa kehidupan mafia telah
mengintervensi jauh dalam dunia eknonomi Italia. Jaringan kriminal ini telah
sampai pada kancah internasional. Di balik kebesaran mafia, film ini menjawab
banyak pertanyaan mengenai sistem internal dan eksternal dalam dinamika
kehidupan sosial Camorra sebagai
kelompok mafia besar di Italia. Jika ditilik lebih spesifik, film ini
memperbaiki posisi Italia yang berbeda dari steoreorip 'mafia' yang selalu
dikaitkan masyarakat internasional. Ketika kehidupan mafia dalam The Godfather diperlihatkan dengan
sentuhan drama, film ini menunjukkan 'kepahitan' kehidupan mafia yang merusak
tatanan pemikiran pemuda Italia, memicu perang internal, dan tingginya tingkat
kriminalitas dalam negeri. Garrone berhasil memvisualkan buku Roberto Saviano
dengan baik dalam penjelasan sistem internal keanggotaan terkait isu kekuasaan
antar-kelompok hingga intervensi mafia dalam bisnis lingkup lokal maupun
internasional terkait lingkar kriminal dunia.
DAFTAR REFERENSI
I.
BUKU
Antonello,
Pierpaollo. The Ambiguity of Realism and
Its Pots: A Response to Milicent Marcus dalam The Italianist 30. United
Kingdom: University of Cambridge.
Behan,
Tom. 2002. See Naples and Die: The
Camorra and Organised Crime. New York: Ib Tauris & Co. Ltd.
Leihm,
Mira. 1984. Passion and Defiance: Film in
Italy from 1942 to Present. California: University of California Press.
Pierpergerdes,
Brent J. Re-invisoning the Nation:Film
Neorealism and Postwar Italian Condition dalam ACME: An International
E-Journal for Critical Geographies 6(2). United States: University of Kansas.
Ronald
Bergan. 2011. The Film Book. USA: Penguin Books.
Saviano,
Robert. 2007. Italy's Other Mafia. New
York: Strauss and Giroux.
II.
TAUTAN ELEKTRONIK
http://www.ecufilmfestival.com/?p=18352
diakses pada 9 November 2013 pukul 00.38 WIB
http://archivio-radiocor.ilsole24ore.com/articolo-1044072/camorra-60-arresti-campania/
diakses pada 9 November 2013 pukul 00.45 WIB
http://www.understandingitaly.com/profile-content/camorra.html
diakses pada 9 November 2013 pukul 00.18 WIB
https://cdr.lib.unc.edu/indexablecontent?id=uuid:b9cb115e-c5af-4578-92fc-5d3cbb5f44a8&ds=DATA_FILE
diakses pada 9 November 2013 pukul 02.33 WIB
http://www.centroimpastato.it/otherlang/mafia-in-italy.php3
diakses pada 10 November 2013 pukul 00.57 WIB
http://www.reverseshot.com/article/gomorrah
diakses pada 10 November 2013 pukul 01.11 WIB
http://www.newyorker.com/arts/critics/cinema/2009/02/23/090223crci_cinema_lane
diakses 11 November 2013 pukul 10.12 WIB
Comments
Post a Comment