Absurditas Albert Camus

“Je me révolte donc je suis”
Albert Camus
Pertemuan ketiga saya bertemu dengan seorang filsuf tampan dengan pemikiran yang luar biasa. Albert Camus. Camus adalah penggagas absurditas.  Karyanya yang mungkin kita kenal adalah Orang Asing dan Sampar (mungkin ada buku lain yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia). Awalnya Camus bersama Sartre dan Beauvoir adalah penggagas eksistensialisme, sampai pada di suatu titik Camus memutuskan untuk berpisah karena pemikiran mereka sudah tidak sejalan (hal ini tepatnya ketika Sartre mulai beralih ke marxisme dan ikut turun ke jalan berdemo untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik).

Apakah itu absurditas? Absurditas berasal dari kata absurd. Apakah yang dimaksud dengan absurd? Secara etimologis, absurd berasal dari bahasa latin. Ab yang berarti tidak dan surbus yang berarti mendengar. Jadi, dapat dikatakan absurd berarti tidak mendengar, dalam konteks ini sesuatu yang tidak logis. Paradigma ini menyatakan kesadaran yang dimiliki manusia menggambarkan penderitaannya.

Camus menjelaskan bahwa hidup manusia dalam dunia ini adalah sebuah kesia-siaan seperti Sysphe yang dikutuk para Dewa untuk mengangkat batu ke Gunung Olympus tetapi selalu jatuh, dan selalu jatuh, kejadian itu terjadi berulang-ulang kali sepanjang hidupnya.

Camus berpendapat hubungan antara manusia dengan dunia tidak jelas. Ketidakjelasan ini diakibatkan oleh keinginan manusia yang tidak sejalan dengan kehidupan. Dunia tidak dapat memberikan sesuatu yang pasti ketika manusia menginginkan sebuah kepastian, tapat pada saat itulah absurditas terjadi.

Eksistensi manusia hadir ketika ia memberontak terhadap absurditas. Pemberontakkan yang dimaksud adalah ketika manusia tetap terus bergerak dan menjalani kehidupan walaupun banyak permasalahan di dalam hidup. Jika manusia tenggelam di dalam masalah, lalu tidak dapat mencari jalan keluar yang tepat, dengan kata lain menyerah pada keadaan, hal itu menandakan tidak adanya pemberontakkan dari dirinya. Tidak adanya pemberontakan sama dengan tidak adanya eksistensi pada manusia tersebut. Kadangkala kita merasa terjebak dengan masalah, jika dipandang dari absurditas pilihan 'lari dari masalah' akan menghilangkan eksistensi kita. Absurditas tidak memberikan tempat pada kata 'menyerah', semua hal harus kita hadapi walaupun akhirnya hanya akan menuju sebuah kesia-siaan.

Beberapa manusia memilih opsi untuk mengakhiri hidup mereka, jika manusia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya ketika menghadapi berbagai masalah yang tidak ada habisnya, Camus menegaskan bahwa eksistensi manusia itu otomatis hilang. Oleh karena itu, bunuh diri bukanlah jawaban atau penyelesaian melainkan pelarian yang dilakukan oleh orang-orang berpikiran lemah. Kehidupan adalah hal yang mutlak, namun tindakan bunuh diri menghilangkan nilai kemutlakan.

Comments

Popular Posts