Menjelma Rendra

Pria itu datang dalam bentukan Rendra, hanya saja lebih sempurna. Dengan kata-katanya, pembawaannya, dan sudut pandangnya. Ia menjelma Rendra. Dengan sinis pada tiap katanya, dengan senyum di ujung bibirnya, dan dengan kalimat yang menusuk ketika ia marah. Ia menjelma Rendra. Saat ia merindumu, ia tidak mengatakannya. Ia menyimpannya dalam hati. Ia menjadikannya puisi. Ketika ia ingin memelukmu, ia menjadikannya lagu. Sungguh, ia menjelma Rendra dengan sempurna. Kutemukan dia bersama kertas dan penanya di tempat yang tidak pernah kukira sebelumnya. Ia tidak memegang buku. Ia tidak suka buku. Ia memilih menulisnya daripada membacanya. Kutemukan tulisan dari seorang yang indah walau katanya ia tidak suka membaca. Entah ini apa? Tapi, yang kutau bahwa ia menjelma Rendra - dan aku suka.

Comments

Popular Posts