One on One Interview with ASH

So, I got the chance back there to be in one on one interview with them in Kuala Lumpur. This was featured on NYLON GUYS. Why don't you check? Mark, Rick, and Tim beyond no comparison are the best. 

BURN BABY BURN
Bahkan setelah dua puluh tahun, Ash masih tetap memberi reaksi yang sama lewat musiknya.
Teks: Jessy Ismoyo. Fotografi: Paulius Staniunas.

Momen adalah hal penting yang membuat seorang penggemar punya koneksi magis dengan band favoritnya. Masalah momen itu bahagia atau tidak akan menjadi masalah lain waktu. Hal yang perlu digarisbawahi adalah bagaimana sebuah lagu memutar kembali momen itu di kepala kalian dan membawa sesuatu yang sudah lama terjadi seperti baru terjadi malam tadi. Hal serupa terjadi pada diri saya, ketika saya kembali (lagi dan lagi) mendengar 'Shining Light', 'Walking Barefoot', dan 'Girl from Mars', Oh Yeah', beberapa waktu lalu setelah sekian lamanya.

Mengingat parameter usia saya dan band ini tidak jauh berbeda, picik rasanya menilai band ini tidak dari perspektif yang lebih luas. Ash adalah salah satu contoh band yang mungkin lagu-lagunya lekat dengan memori-memori ketika kebanyakan dari kalian menginjak tengah usia kepala dua. Faktor eksistensi Ash di dunia musik juga lah yang membuat wawancara dengan mereka menjadi tidak mudah.

Mulai dari perbincangan 15 menit dengan Mark Hamilton lewat telepon hingga akhirnya bertatap muka dengan kedua personel lainnya di Malaysia, Ash membuka cerita mereka dari awal kecintaan mereka terhadap musik, kenangan dan tantangan dalam 20 tahun karier mereka, sampai rencana mereka dalam beberapa tahun ke depan ini.

Wawancara ini saya awali dengan pertanyaan trivia yang mengharuskan mereka mendeskripsikan diri satu sama lain. Mark yang mengatakan bahwa Tim adalah orang yang sangat positif dan puitis. Tidaklah heran ketika lirik lagu Ash cukup liris. Mark pun mengakui bahwa Tim menghabiskan cukup banyak waktu dalam proses penulisan liriknya. Sementara itu, Mark mengklaim Rick adalah seseorang dengan kejeniusan memori visual. "Rick seperti ensiklopedia berjalan. Ia tidak pernah lupa akan suatu hal. Ia juga sedikit puitis. Sebenarnya, Rick juga adalah orang yang sangat lucu dan konyol," ucap Mark justru dengan mimik serius. Di sela-sela itu, Rick berkata bahwa Mark adalah orang yang penuh dengan kejutan dengan tindakannya yang tak terduga setiap harinya. Contoh saja, Mark adalah seorang Kristen yang taat." Perkataan Rick langsung disela oleh Tim dengan muka penuh ekspresi, " Yeah, he's a really good Christian and that would suprise me!"

Ketika pertanyaan ini saya ajukan ke Tim, ia menjawab dengan penuh gelak tawa. "Rick is a freak! He is a freaky freak!" Sebelum Tim menjelaskan keanehan Rick, ketiganya bereaksi dengan tawa yang penuh ekspresi. Saya seperti tidak melihat sebuah band besar, mereka masih tiga orang laki-laki yang bertemu saat sekolah dan membentuk sebuah band. They're still like high-school guys at heart! "Ini karena Rick selalu menjadi seseorang yang berbeda di antara yang lainnya. Ia selalu memakai sepatu boots ketika semua orang menggunakan seragam. Hal-hal seperti itu yang membuat Rick aneh. Sementara itu, Mark itu sangat tinggi! Lihat saja postur tubuhnya yang menjulang!" Tim memaparkan jawabannya sambil menunjuk Rick dan Mark, masih dengan muka menahan tawa, dan keramahan luar biasa.

Band yang memulai kariernya pada tahun 1992 yang bermula saat mereka berumur 11 tahun. "Saat itu kami dalam satu lingkar pertemanan yang menyukai band heavy metal. Kami bukanlah tipikal kumpulan yang mengikuti kegiatan olahraga. It's like the worst nightmare, we're like a joke in school! Jadi, kami memutuskan untuk merakit ide dan konsep sebuah bandKebetulan juga kami mendengarkan musik yang sama seperti Megadeath dan Pumping Iron. We just became friends and made some of music." urai Mark mengingat bagaimana akhirnya mereka membentuk band ini.

Jika harus memilih satu dari kesekian album mereka, album mana yang akan mereka pilih? "Ini pertanyaan yang sangat sulit untuk sebuah band. Mungkin saya akan memilih 1977. Album itu sangat penting dalam karier bermusik kami. 1977 memberikan kami jeda panjang, seperti sebuah jarak yang mengetengahkan pengakuan dan penghargaan dari seluruh dunia. Dari titik itulah kami mendapatkan tour pertama kami. That was really crazy! I'd say it's 2-3 years of euphoria in our live. Kami seperti merasa menaiki roller coaster. Ini membuka mata kami dan juga membuka begitu banyak kesempatan dalam karier kami sebagai band," tutur Mark. Tim merespon pertanyaan ini dengan mimik lucu seperti meminta ijin karena memilih judul album yang sama. "Apakah saya boleh memilih album 1977 sebagai album yang berkesan juga? Jika bukan karena itu, mungkin kami tidak akan berada di sini." Pernyataan Tim disusul oleh jawaban Rick, "Benar kata Mark, ini pertanyaan sulit. Saya pikir Meltdown adalah satu karya hebat. It's a big achievement for me. 1977 juga punya dampak sama untuk saya. It's a real triumph for us."

Untuk ukuran band yang sudah lama berkecimpung di dunia musik, tentu valid untuk bertanya mengenai pendapat mereka tentang industri musik saat ini. "Musik saat ini? Kalian tahu situasinya. Sulit untuk sebuah band untuk tetap bersama dan membuat musik mereka menggema. Ini bukan seperti sebuah perusahaan yang kalian mulai dari awal dan akan terus berkembang. You know music scene is very changing and it changes so quickly!" tutur Tim. "Selalu saja seperti itu. Satu hit single dan kemudian menghilang. Industri ini terasa seperti kebuah keputusasaan yang mengambang untuk mencari suatu band yang akan besar nantinya. Masalahnya, industri ini tidak memberi kesempatan lebih bagi sebagian band. Kebanyakan band diadili dari single pertama mereka. Untuk sebuah band, itu hal yang mematikan," lanjut Rick. "Ya, betul. Itu kesulitan pertama dan utamanya. Misalnya saja kalian membentuk sebuah band dan kalian gagal di album pertama, tentu ini akan menjadi masalah finansial untuk band itu sendiri. Hal ini otomatis menyebabkan band tidak mampu bertahan. Saya melihat begitu banyak festival musik di Eropa, namun tidak ada band baru yang mampu menembus ke situ," jelas Mark melengkapi penjelasan Tim dan Rick.

Untuk menutup wawancara ini, saya bertanya mengenai rencana Ash untuk dua sampai tiga tahun ke depan, Tim mengakui bahwa mereka sedang dalam proses untuk membuat suatu karya baru. "Ya, kami sedang dalam proses ide dan pembuatan konsepnya. Di sela-sela itu, kami akan melakukan beberapa tour. Mungkin saja kami akan kembali lagi ke sini, hopefully." Mungkin di perencanaan tour mereka ini, tidak menutup posibilitas untuk Ash kembali ke Indonesia, dan mengulang aksi panggung mereka seperti tahun 2001? Banyak yang berharap untuk hal ini. Don't we? Seperti kata Tim, ketika kalian menginginkan sesuatu tentu akan selalu ada cara untuk mewujudkan. I hope same will go with this one.

Comments

Popular Posts