Sebuah Puisi: Belum Berjudul

Zulfasari, 2017.


Puisi ini lahir karena pembacaan karya foto seorang teman kuliah. Teman dari kuliah di Sastra Prancis yang gila membahas film Des Hommes Des Dieux (film yang disebutkan dalam film Me Before You) sebagai skripsinya. Teman perjuangan juga teman diskusi tentang buku dan film. Selalu menyenangkan bertukar informasi dengan orang ini.

Oleh karena itu, kehormatan bagi saya, boleh menerjemahkan karyanya dalam kata-kata. Jadi begini, ia baru saja menjejakan kakinya pada fotografi dengan kamera lama jenis Konica C35 EF. Dari lima karya baru yang diunggah, semua begitu menyengat hingga hanya butuh sekitar dua jam menghasilkan puisi-puisi (sampai enam malah saya menerjemahkannya). Saya lampirkan puisi kesukaan dari enam karya itu, sisanya disimpan untuk proyek selanjutnya.

Selamat membaca!


Gedung tinggi...
Korporasi...
Laju ekonomi, ekonomi laju
Optimisme kita akan konsumsi,
negara miskin yang tingkat belanjanya sangat tinggi...
Hebat betul, ya?

"Jadi, makan siang di mana kita hari ini?"
Tanya setiap pekerja di kubikel lantai dua puluh tiga di gedung-gedung tinggi

Mekdi?
Ka ef si?
Wendis?
Atau apalagi?

Sial...
Sial...
Sial...
Pertanyaan makan siang sudah menjadi eksistensi dan tanda stratifikasi sosial
  sambil bertukar info paling aktual dan faktual
  sambil icip-icip gosip yang sip-sip

Ah! Begitulah sekarang paramater hidup ideal...
Banal...
Banal...
Banal...


"Jadi, makan siang apa kita hari ini?"

Salatiga,
1 Oktober 2017
(Puisi terinspirasi dari cerita Ninies sore itu di Payung Kansas)

Comments

Popular Posts