For Maria-Loisa Geraldina Burer

Angin selalu punya kemagisannya sendiri setelah hujan. Angin selalu berhasil membawa pergi gundah atau justru membawa gundah datang di langit-langit atap rumah. Angin dingin seribu kali bekerjanya. Itu mengapa kesan gloomy selalu didapat bagi mereka yang tinggal di lembah pegunungan atau di daerah yang dingin. Angin malam ini kebetulan mengusir gundah dan mendatangkan kemagisan yang ditolak ada.

Hari ini, 7 November 2012, hari ulang tahun Oma. Jika Ia masih hidup. Bukan tidak mengikhlaskan beliau yang sudah bahagia hidup di surga sana. Aku yakin beliau seribu kali lebih bahagia di sana karena beliau percaya konsep surga tanpa konsep neraka. Beliau selalu yakin beliau ada di sana, tertawa, dan bertemu dengan kakaknya yang dulu cukup lama tidak ditemuinya di Papua. Oma selalu bercerita dia ingin sekali bertemu dengan kakak laki-laki kesayangannya. Kakak laki-laki yang tidak sempat dikunjunginya sampai kematian menjemput kakaknya karena malaria di Papua. Kakak kesayangan Oma yang selalu Oma ceritakan, membuat aku selalu ingin punya sosok kakak laki-laki seperti itu. Oma memang selalu pintar bercerita, entah ceritanya hanya dibuat-buatnya karena umurnya yang semakin menua atau memang itulah pengalaman hidupnya.

Tulisan ini mungkin adalah cara untuk meredam rindu ke Oma; aku berpikir dengan menceritakan detail apa yang aku ingat dari seorang Oma Maria akan membantuku menghilangkan rasa rindu yang ditiupkan angin malam ini lewat jendela yang terbuka di lantai dua. Ayah selalu bilang, Oma selalu sulit semasa hidupnya. Namun kehebatannya adalah Ia selalu dapat bahagia walau kesedihan dan cobaan selalu datang sepanjang hidupnya. Oma adalah orang yang akan melakukan apa saja agar orang yang Ia sayangi bahagia, walaupun kebahagiaannya dipertaruhkan disitu.

Terkadang, hidup memang menempatkan kita dalam posisi yang tidak menyenangkan. Kita akan selalu mengingat orang ketika orang itu sudah tiada. Penyakit manusia memang sulit untuk menghargai seseorang ketika orang itu ada bersama kita, menghabiskan hari-harinya bersama kita. Tapi, dari situ jua lah kita belajar bahwa memang esensi orang justru timbul setelah kematiannya. Bagaimana absurdnya kematian dapat menenggelamkan eksistensi Oma yang tidak ada dan membuat esensinya dikenang oleh orang-orang yang mengenal beliau.

Dua tahun setelah kepergian Oma, yang teringat hanyalah keinginan beliau yang tidak sempat ke Jerusalem sepanjang hidupnya. Aku agak menyalahkan diriku sendiri karena itu. Jika saja aku tidak jadi ke Paris saat itu, mungkin saja Oma bisa pergi ke Jerusalem. Penyesalan itu menjadi lebih dalam ketika aku menemukan map yang berisikan informasi lengkap mengenai Jerusalem yang sudah dipersiapkan Oma. Definisi sedih terungkapkan dengan sempurna pada saat itu. Apa yang bisa aku katakan, penyesalan hanyalah penyesalan dan selalu ada sisi menyedihkan yang tidak kita ungkapkan, sisi kesedihan yang kita pilih untuk endapkan; karena kita mencoba bersyukur dengan hal bahagia yang sudah kita dapatkan. Lebih dari itu, kita mencoba untuk tegar.

Oma selalu bilang: "Kamu itu anak baik, Oma tau; walaupun kamu sinis, galak, dan seperti tokoh antagonis di TV- Oma tau, kamu hanya menghindari hal yang tidak kamu kuasai. Iya, hubungan yang dekat dengan orang lain. Tapi, bukan berarti kamu tidak baik. Oma tau, kamu itu baik. Kamu tidak akan tega menyakiti siapa pun, walaupun kadang-kadang usaha kamu untuk tidak menyakiti orang lain yang justru menyakiti mereka." Kata-kata itu melekat seperti file yang aku letakkan di desktop, agar mudah aku mencarinya, agar mudah aku mengingatnya. Tiap kali aku mengingatnya, itu seperti kemasokisan yang khusus yang aku saja yang mengerti bagaimana rasanya.

Oma selalu baik dengan orang lain. Tidak peduli siapa pun itu. Pernah suatu waktu, tangis ku pecah ketika bertemu dengan tukang jamu dari komplek rumah lama yang menanyakan Oma. Ketika aku katakan beliau sudah mangkat, tukang jamu itu berkata: "Ya ampun, Oma itu baik banget loh dek. Amal ibadahnya pasti diterima di Allah SWT. Saya gak nyangka padahal Oma sehat banget ya, mungkin memang rencana Tuhan." Hal yang sama terjadi seminggu setelah kematian Oma, tukang jahit langganannya membawakan baju Oma yang sudah dia pesan beberapa waktu lamanya. Gaun merah cantik, dan dua potong baju gaya anak muda yang mirip punyaku. Baju itu tidak aku berikan ke Oma, karena itu kesedihanku semakin dalam ketika mengingatnya. Oma sampai menjahit baju yang serupa saking kepengenannya. Ya, cerita memang tinggal cerita memang. Tapi, begitulah cara otak dan hati kita mengingat orang yang berarti untuk kita. Dari cerita yang paling ceria hingga cerita yang paling membuat kita terluka.

Oma itu selalu ngangenin; entah dari kerjaannya yang bangunin dengan nyipratin air ke muka, basahin kaki biar bangun, masakin ayam goreng merah, tahu gejrot, sampai ke kebiasaannya ngomong gak berhenti. Oma itu selalu nganenin. Yang menyebalkannya, Oma selalu ngangenin dengan kebiasaan-kebiasaan kecilnya yang hilang setelah beliau pergi.

Rasanya masih banyak cerita tentang Oma. Namun cerita tidak dapat semuanya dituliskan di sini. Oma selalu punya sisi keceriaan yang aku ingin aku punya. Sisi keceriaan yang diterima di mana saja beliau berada. Itu mungkin kelebihan Oma dan membuat dirinya dikenang oleh orang-orang yang pernah dibantunya.

Selamat ulang tahun, Oma. Jessy kangen Oma. Salam Tuhan Yesus ya di sana, bilang maafin cucumu ini kalau masih suka terlena sama kesenangan dunia.

Comments

Popular Posts