Une Ville Chalereuse en France


LA ROCHELLE
"Un Petit Coin de Paradis"
A Little Corner of Paradise
Based on Lonely Planet's website, La Rochelle is one of five french towns you should visit A.S.A.P after Paris, The City of Lights. La Rochelle adalah kota pelabuhan yang sarat akan nilai sejarahnya ini terletak di barat Prancis. Kota ini merupakan kota pelabuhan terbesar di Prancis.  Perjalanan kali ini dimulai ketika kaki menapak turun di bandara Charles de Gaulle (CDG), perjalanan darat pun dimulai dengan menaiki RER menuju stasiun Paris du Nord, lalu dilanjutkan dengan TGV dari Montparnasse - dibutuhkan waktu tiga jam perjalanan dari Paris menuju La Rochelle, dengan harga 68 euro untuk tiket TGV kelas ekonomi. Lalu, sampailah kami di La Rochelle.

First impression yang didapatkan setelah sampai di kota ini adalah udaranya yang dingin saat malam hari, walaupun pada musim panas. Suhu di sana berkisar antara 14-16 derajat celcius dan sangat disarankan untuk membawa jaket. Lebih dari pada itu, La Rochelle adalah kota yang indah dan tenang, sangat kontras dengan Paris yang metropolitan. Penduduk sekitar sangat jarang menggunakan mobil sebagai alat transportasi pribadi. Mereka cenderung memilih sepeda atau justru berjalan kaki. Tidak hanya masalah transportasi yang sangat berbeda, untuk masalah biaya hidup pun, La Rochelle tergolong efisien dibandingkan kota Paris. Perbedaan yang signifikan dirasakan adalah keramahan penduduk sekitar, di Paris, mungkin kita akan menemukan les parisens yang enggan bicara dengan bahasa inggris. Namun di La Rochelle, mereka akan dengan ramah bertanya apakah kita dapat bicara dengan bahasa Prancis dan mereka akan berusaha berkomunikasi dengan bahasa Inggris apabila memang kita kesulitan berbahasa Prancis. Hal ini terjadi ketika kami membeli cinderamata di pusat kota (Centre Ville), menyadari bahwa muka kami oriental khas asia, dia dengan ramah membuka percakapan dengan bertanya apakah kami dapat berbahasa Prancis, percakapan tidak hanya berhenti sekedar penjual-pembeli, tapi layaknya berkenalan dengan orang baru saja, mereka sangat hangat.

Letak geografis La Rochelle yang berada di pinggir laut membuat kota ini amat teduh dengan berbagai pemandangan hijau yang menyegarkan mata, tidak hanya itu saja, kota ini punya sejarah panjang terutama dari segi maritimnya. La Rochelle merupakan kota pelabuhan terbesar setelah Marseille, dengan sekitar kurang lebih 3500 yacht pribadi. Menilik kembali masa lalu, kota ini merupakan transit kapal-kapal Inggris yang ingin menuju Eropa baik untuk keperluan perdagangan ataupun hubungan diplomasi antarnegara. Fun facts dari La Rochelle adalah hampir setiap penduduk mempunyai speed boat dan sepeda daripada mobil. Menurut seorang penduduk di sana, jalanan di La Rochelle sangat sepi even in saturday night hingga ia tidak pernah kuatir melepaskan anak perempuannya untuk pulang malam- kota ini sangat aman dengan tingkat kriminalitas yang rendah.

Masalah jauh dari metropolitan tidak membuat La Rochelle jauh dari peradaban, banyak toko-toko besar seperti yanga da di kota besar dapat ditemukan di Centre Ville, sebut saja macam fast food Mcdonald's atau Sephora dan Swatch. Uniknya Mcdonald's di Prancis, termasuk di La Rochelle, beef burger  bisa didapatkan hanya dengan harga 1 euro dan salah satu kegemaran kami, yaitu: Les Pommes-Frites-Sauce yang rasanya lebih enak dari mayonnaise dan dapat diminta seperti meminta tomato ketchup atau yang lainnya untuk dimakan bersama beef burger dan french fries. Bagi yang ingin merasakan kuliner lokal, jangan takut, di Centre Ville ada begitu banyak tempat makan khas Prancis yang menyuguhkan suasana klasik café, ada juga beberapa boulangerie yang menawarkan roti-roti cita rasa tinggi dengan harga yang ramah di kantong. Ketika memasuki salah satu rumah makan, Bistrot d'André di La Rochelle, jangan lupa untuk memesan Moules et Frites, makanan ini adalah makanan jagoan di La Rochelle, harganya sekitar 6-9 euro seporsinya. Makanan yang diolah dari kerang rebus dengan garam dan dimakan dengan kentang goreng khas Prancis. Untuk penggemar seafood, disarankan untuk memesan seafood platter -nya, it is truly foodgasm! Jika memang tidak terlalu lapar, sangat disarankan memesan makanan khas Rochelais (sebutan untuk orang-orang yang tinggal di La Rochelle) yaitu galette charantaise, dengan bahan sederhana dan rasa yang sangat manis, makanan penutup ini sangat mengenyangkan dan menyenangkan diminum bersama kopi sembari duduk dan menikmati pemandangan darmaga.

Untuk tempat menginap, Auberge de Jeunesse de la Rochelle adalah tempat dengan nuansa kekeluargaan dan lokasi yang sangat strategis - hanya membutuhkan waktu 20 menit dengan berjalan kaki untuk sampai ke Centre Ville, Mcdonald's terdekat dapat dicapai dalam waktu 15 menit in case you have the midnight starving, bioskop pun tidak jauh dari penginapan, dan bowling alley berada tepat di sebelah penginapan. Harga sekitar 17-32 euro/malamnya, tergantung kamar yang dipilih.

Mengingat ada yang harus diberikan buah tangan, kebetulan banyak penjaja cinderamata etnik afrika yang berderet di sepanjang jalan Centre Ville. Kami juga singgah ke sebuah toko makanan untuk membeli Almond en Sucré yang disarankan teman kami sebagai makanan khas yang harus dibawa untuk oleh-oleh. Kacang almond bersalut saus karamel dikemas dalam kantong besar sekita 250 gram dan dapat dibeli dengan harga 8 euro.

Vieux Port is the must-to-go destination on your list! Dengan tiga menara abad ke-14 dan ke-15 yang langsung menyapa di pintu masuk pelabuhan. Menara-menara tersebut adalah La Tour de la Chaine, La Tour de la Lanterne, dan La Tour St-Nicolas. Semua ini dapat dinikmati dengan harga 8 euro. Yang tertua di antara ketiganya adalah La Tour de la Chaine, dibangun sekitar tahun 1382-1390), disebut demikian karena rantai besar yang terderai hingga sisi lain pintu masuk La Tour St-Nicolas ketika menara ini diperbesar pada tahun 1824. Berbeda lagi dengan La Tour de Lanterne yang awalnya dibangun sebagai mercusuar, lalu menjadi penjara bagi bajak laut ataupun pelaut musuh dari Inggris. Menara ini adalah satu-satunya mercusuar di pesisir pantai Atlantik yang berasal dari abad pertengahan dan masih ada hingga saat ini. Kami dapat melihat lebih dari 600 tulisan di dinding yang dibuat oleh pelaut Inggris, Belanda, dan Spanyol yang menjadi tahanan militer. Rasa penasaran akan sejarah maritim membuat kami tidak lelah untuk mencapai menara dengan tinggi 70 meter ini. Benar saja, ketika sampai di atas, the view is really worth the climb. Menara terakhir, La Tour St-Nicolas adalah simbol bangunan militer yang luar biasa, melambangkan kekuatan dan kesejahteraan dari La Rochelle dalam masa kejayaannya, dengan tinggi 42 meter serta tangga dan koridor yang berupa labirin.

Mengingat La Rochelle adalah kota maritim, kami melanjutkan perjalanan kami dengan memanjakan diri di pantai lokal Plage de Minimes yang berjarak 20 menit dari Vieux Port (Old Port) atau dapat diraih dengan bus seharga 2.5 euro. Kegiatan lainnya yang dapat dilakukan adalah mendatangi pulau-pulau sekitar untuk museum-walking, yachting, atau mungkin fishing dan speed boating. Dengan rasa ingin tahu yang besar, dari Centre Ville disediakan moda transportasi bois de mer dengan harga 2.5 euro yang kami tumpangi et voilà kami dapat menikmati perjalanan menuju pelabuhan dengan kapal feri, menyusuri sepanjang pantai di La Rochelle dan singgah ke port kecil. Untuk yachting memang mengeruk kocek lebih dalam, namun pengalamannya memang tidak terlupakan, menyaksikan sunset dari yacht, sembari memancing atau sekedar mendengarkan musik.

Tidak puas dengan La Rochelle, kami menginjakkan kaki ke pulau terdekat: Ile d'e Ré dan Ile d'Aix. Ile de Ré adalah pulau kecil yang terhubung dengan jembatan dari La Rochelle, serupa dengan Surabaya-Madura, di sanalah garam di Prancis dibuat. Teriknya musim panas membuat kami tergoda melihat toko es krim yang terkenal di Ile de Ré. Untuk ukuran Prancis, toko ini memiliki varian rasa yang cukup banyak, ada sekitar 46-48 rasa, tapi kali ini pilihan favorit jatuh pada cannelé, kue yang dijadikan es krim, cukup untuk meredam teriknya panas hari itu. Selanjutnya, untuk history museum-walking, kami beranjak ke Ile d'Aix, kira-kira 20 KM dari Ile de Ré, ini adalah pulau yang paling sering dikunjungi pada musim panas dengan menggunakan kapal Inter-Iles. Daerah ini terkenal karena posisinya yang strategis untuk dijadikan pangkalan armada, terutama dengan benteng yang dibangun untuk pertahanan oleh sebagai Napoleon Bonaparte pada tahun 1808 untuk berperang dengan armada laut Inggris, kemudian dijadikan sebagai Museum Napoleon yang kami nikmati dengan harga tiket 4.5 euro. Belum bosan berkeringat, kami menyewa sepeda dan mengitari pulau kecil itu bersama warga setempat dan beberapa turis. Pulau itu kami kelilingi hanya dalam waktu 15 menit saja.

Kebetulan yang luar biasa, ketika kami berada di sana, les Rochelais sedang mengadakan "FRANCOFOLIE", sebuah festival musik yang diadakan di Centre Ville, tepat di pelabuhan, pada malam hari. Sudah dapat ditebak, dengan cahaya lampu temaram, suara deburan ombak, dan panggung besar di Vieux Port dengan suguhan pesta musik (La Fête de la Musique) dari beberapa grup musik yang digandrungi. Kesenangan tidak berhenti di situ saja, saat malam semakin larut, orang-orang mulai berdansa satu dengan yang lainnya hingga dini hari.

Perjalanan kali ini ibarat time-travelling, dibawa melaju ke sejarah masa lalu yang berbeda dan dengan waktu yang bersamaan kembali lagi dengan kehidupan masa kini yang jauh dari kata hiruk-pikuk, ditambah kegiatan olah raga yang cukup memacu adrenalin, and good foods, good music, also with good party at night. That's all what boys wanted.

20120914/PJI/ Published in MAXIM INDONESIA
(Thanks to Mhiersa Fatahillah)

Comments

Popular Posts