Kelana Siang

"Cerita adalah ukuran kedalaman seseorang pada seorang lainnya. Cerita yang dibagi, mungkin tanda untuk berjalan tanpa lagi menengok  ke belakang. Cerita yang tidak dibagi, tidak selalu merupakan megalomania di mana ia lesa. Lupanya kita pada titik dan koma dapat merusak klausa. Sama seperti kealpaan pada daksa, melumpuhkan jiwa apabila kita menjahitnya tanpa pola.

Namun cerita hanyalah cerita. Disampaikan pada satu telinga ke telinga lainnya, berharap ada potongan tertinggal dalam kanal atau mengendap dalam senyap. Lucunya, sesuatu yang begitu penting kadang meruamkan curiga. Ruam menggeram, melarang, dan menyerang. Itulah harap di mana cerita kemudian jadi rahasia.

Rahasia dibiarkannya tidak terucap agar makna dapat ditunda, dilepaskannya ke udara agar dapat bernapas lega, digetarkan hati agar cinta dapat dikecap barang seujung lidah saja. Tapi, sampai mana kata-kata menyesatkannya dalam makna? Inginmu kah membuatnya ia merana dalam tanda tanya? Menyiksanya dalam asumsi tanpa klarifikasi? Menumpulkan hati sehingga ia berpikir bahwa cinta itu klenik? Kirik dan menarik?

Merasa adalah mencinta. Dalam setiap rekaannya, kau temukan senyum dari kejauhan yang tak memerlukan sebuah alasan untuk sebuah pertalian. Kehampaan bukan tanda keremangan percaya yang harus kau perjuangkan. Ia hanya berada tanpa menyapa. Dengan kata lain, ia membuktikan bahwa tak butuh lebih dari spasi untuk meyakini diri sendiri. Semua punya ragamnya masing-masing. Engganlah untuk bersemayam terlalu lama, katakanlah iya untuk setiap perasaan mencinta. Karena pada setiap cinta, bersandar sebuah rahasia yang menjadi biasa. Laksana kamu: sederhana."

Cibubur,
1 Desember 2014
(Untuk mengawali bulan terakhir di mana banyak pembiaran-pembiaran terjadi karena kenyamanan)

Comments

Popular Posts